Bisnis.com, JAKARTA—Salah satu yang dinantikan investor obligasi dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (13/12/2018) adalah mengenai kejelasan masa depan program pembelian obligasi sebesar 2,6 triliun euro (US$3 triliun).
Meskipun data-data ekonomi Zona Euro telah melemah belakangan ini, para pembuat kebijakan diperkirakan tetap mengonfirmasi untuk menghentikan program pelonggaran kuantitatif (QE) pada akhir bulan ini.
Kepala Ekonom ECB Peter Praet menyampaikan, ECB juga bakal memberikan penjelasan mengenai rencana pembelian ulang obligasi yang telah jatuh tempo ke depannya.
Sebelumnya, ECB hanya mengumumkan bahwa bank sentral akan membeli ulang obligas yang telah jatuh tempo “selama beberapa periode ke depan” dan belum memberikan panduan lebih lanjut.
Walaupun Dewan Gubernur ECB dapat menunda penjelasannya hingga tahun depan, investor dan analis telah mulai menerka bentuk rencana re-investasi tersebut.
Adapun salah satu perkiraan analis adalah ECB dapat melakukan investasi uang dengan membeli kembali obligasi jangka-panjang, seperti yang dilakukan Bank Sentral AS (Federal Reserve) pada 2011.
Menjual obligasi jangka-pendek dan membeli obligasi jangka-panjang diperkirakan dapat membuat ECB menahan tekanan suku bunga jangka panjang sambil menjaga kebijakan moneter tetap longgar.
Strategis Morgan Stanley Elaine Lin menyampaikan, strategi yang disebut Operation Twist tersebut dapat menahan tingkat premi setelah program pembelian obligasi dihentikan dan membuka ruang untuk normalisasi suku bunga. Adapun indikasi mengenai kenaikan suku bunga pertama ECB pada tahun depan masih dipertimbangkan dan dapat mendorong reli euro.
Selain itu operation twist, ECB yang saat ini secara berkala melakukan investasi ulang obligasi jatuh tempo dalam jangka tiga bulan dapat memperlebarnya periodenya menjadi 6 hingga 12 bulan, untuk mendapatkan flekstibilitas.
“Penyesuaian seperti itu dapat membantu menghaluskan ‘gejolak’ pada tahun depan ketika obligasi kadaluarsa secara tidak merata—lebihd ari 25 miliar euro jatuh tempo pada Januari dan setidaknya 5 miliar euro jatuh tempo pada Agustus,” tulis Citigrroup, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (12/12/2018).
Citigroup juga mencatat, rencana anggaran belanja Italia dan volatilitas politik di Benua Biru dapat dijadikan ECB sebagai pengingat agar lebih bijaksana dalam menyimpan kekuatan beli di tengah-tengah kondisi pasar yang tertekan.
Lebih lanjut, ECB yang hanya melakukan invetasi ulang terhadap obligasi yang telah jatuh tempo di negara-negara pertama.