Bisnis.com, JAKARTA – PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. berharap pemerintah melibatkan IKT di Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, jika ingin Indonesia memiliki operator terminal kendaraan terbesar di Asean.
Presiden Direktur IKT Chiefy Adi K. mengatakan terminal kendaraan di Patimban semestinya menjadi komplementer car terminal yang dikelola perusahaan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
"Risiko yang paling tinggi adalah kalau harus berkompetisi, kami harus siap. Tapi sebenarnya kalau kami harus berkompetisi, negara yang rugi banyak," ujarnya saat berkunjung ke redaksi Bisnis pada Kamis (6/12/18).
Pasalnya, lanjutnya, IKT adalah perusahaan publik yang terbukti memiliki tata kelola yang baik dan termasuk operator terminal kendaraan kelas dunia.
Kedua, potensi Indonesia menjadi negara produsen otomotif terbesar di Asean berkurang.
Ketiga, Subang kehilangan potensi lapangan kerja baru yang pada gilirannya berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Pembangunan Patimban akan dilaksanakan dalam tiga tahap. Patimban tahap I direncanakan dapat melayani bongkar muat peti kemas 3,5 juta TEUs dan 600.000 unit kendaraan bermotor (CBU) pada 2019.
Pada tahap II, kapasitas throughput akan meningkat menjadi 5,5 juta TEUs, lalu 7,5 juta pada tahap III.
Melalui surat kepeminatan (letter of intent) yang dilayangkan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) selaku induk usaha kepada panitia lelang Kementerian Perhubungan, IKT telah menyampaikan harapannya untuk terlibat dalam pengoperasian terminal kendaraan.
IKT ingin kepemilikan 100% saham jatuh ke perusahaan. Namun, emiten berkode saham IPCC itu juga tidak keberatan berkongsi dengan perusahaan lain, termasuk Grup Astra, untuk membentuk konsorsium operator terminal kendaraan. Perseroan berharap setidaknya menggenggam kepemilikan saham 26%, mengacu pada porsi saham perusahaan Merah Putih dalam konsorsium operator Patimban yang 51%.
PT Astratel Nusantara atau Astra Infra tercatat sudah pula memasukkan surat kepeminatan kepada panitia lelang operator Patimban. Demikian pula PT Samudera Indonesia Tbk.
"Kita win-win saja, berbagi saja. Selain berbagi risiko, juga bisa untuk menaikkan economic of scale," kata Chiefy.
Meskipun demikian, dia mengaku tak khawatir jika akhirnya pengoperasian terminal kendaraan Patimban tidak jatuh ke tangan IKT karena potensi pangsa pasar yang akan hilang hanya 1%, yakni dari bongkar muat Hino dan Nissan yang diproduksi di Purwakarta.