Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Sentral Jepang (BOJ) Haruhiko Kuroda menutup peluang kenaikan suku bunga dalam jangka pendek.
Dia mengungkapkan bahwa penambahan amunisi kebijakan bank sentral hanya dapat memperpanjang waktu pencapaian target inflasi yang ditetapkan sebesar 2%.
Dengan inflasi yang masih lemah dan beberapa risiko mulai membayangi ekonomi Jepang, Kuroda menjelaskan, bank sentral harus mempertahankan program stimulus masif untuk menopang perekonomian.
Kuroda memaparkan, risiko untuk ekonomi Jepang telah berbalik ke arah negatif (downside). Oleh karena itu, bank sentral perlu memberikan perhatian khusus untuk pergerakan proteksionisme, seperti friksi dagang AS—China.
“Menaikkan suku bunga saat ini untuk membentuk ruang kebijakan terhadap ekonomi di masa depan dapat berisiko memperlambat pencapaian target inflasi kita,” ujarnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (6/12/2018).
Adapun target inflasi yang ditetapkan tersebut telah membuat BOJ terpaku dengan program stimulus longgar yang telah menunjukkan beberapa efek samping, seperti kesulitan yang dialami institusi keuangan dalam mempertahankan laba di tahun-tahun suku bunga di level sekitar 0%.
Baca Juga
Namun demikian, Kuroda kembali menegaskan bahwa saat ini masih prematur untuk keluar dari stimulus longgar karena tingkat inflasi Negeri Sakura masih berada di bawah target.
“Kita harus mendiskusikan strategi keluar [dari kebijakan moneter longgar] dan menjelaskannya ke pasar, tapi hanya ketika inflasi bergerak ke arah target,” imbuhnya.
Di sisi lain, Kuroda menyampaikan bahwa dia masih yakin kebijakan moneter longgar dari BOJ masih efektif. Hal itu pun menjadi sangkalan bagi penilaian pelaku pasar yang menyebut BOJ telah kehabisan amunisi untuk menggairahkan perekonomian.