Bisnis.com, JAKARTA-- PT Garuda Indonesia Tbk. akan tetap meneruskan proses pemesanan 25 unit Boeing 737 MAX 8 kendati pesawat serupa yang dioperasikan oleh Lion Air mengalami kecelakaan setelah ada masalah sensor Angle of Attack (AoA).
Direktur Utama Garuda I Gusti Askhara Danadiputra atau yang akrab disapa Ari Askhara mengatakan proses pemesanan 25 unit pesawat Boeing 737 MAX 8 tetap berjalan. Tidak ada upaya perusahaan untuk melakukan pengkajian ulang.
"Sampai saat ini, kami belum ada pembahasan untuk pembatalan [pemesanan pesawat]," kata Ari, Selasa (4/12/2018).
Dia menambahkan rencana pemesanan pesawat sudah dilakukan sebelum dirinya beserta jajaran direksi lain dilantik. Adapun, Ari dilantik menjadi dirut sejak September 2018.
Maskapai pelat merah itu masih memiliki pesanan B737 MAX 8 sejumlah 25 unit, sedangkan yang sudah dioperasikan baru 1 unit. Pada awal tahun ini, Garuda menunda rencana untuk mendatangkan pesawat tersebut, yang seharusnya dikirimkan pada 2018, menjadi dua atau tiga tahun lagi atau hingga 2020.
Saat itu, Helmi Satriyono yang menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia beralasan keputusan penundaan diambil karena ingin melakukan konsolidasi dan peningkatan kinerja.
Berdasarkan negosiasi, pesawat B737 MAX 8 kedua dan lainnya akan dikirim pada 2020-2024 dari jadwal semula 2017-2019. Unit pertama telah tiba di Indonesia pada Desember 2017 dan telah dioperasikan Januari 2018 untuk rute domestik.
B737 MAX 8 menjadi sorotan setelah Lion Air yang menggunakan pesawat berjenis sama dengan registrasi PK-LQP mengalami kecelakaan di Tanjung Karawang, akhir Oktober 2018.
Hasil laporan awal KNKT berdasarkan pembacaan Flight Data Recorder menunjukkan adanya malfungsi sensor Angle of Attack (AoA) yang dikirimkan kepada Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), sehingga menyebabkan hidung pesawat menurun secara otomatis.
Padahal, MCAS memang disematkan pada B737 MAX 8 untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.