Bisnis.com, JAKARTA-- Nasib pesanan 218 unit pesawat Boeing 737 MAX 8 yang telah ditandatangani Lion Air Group dengan Boeing co. beberapa tahun lalu kemungkinan bisa dibatalkan sepihak oleh manajeman maskapai itu.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan sebelumnya akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Rusdi Kirana, selaku pemilik maskapai, untuk menanyakan sikap yang akan diambil. Namun, dari keadaan yang berkembang bisa saja pemesanan tersebut dibatalkan.
"Saya akan konfirmasi ke Pak Rusdi, apakah beliau pernah mengatakan [pembatalan pemesanan pesawat] itu. Apapun bisa terjadi, saya belum mengatakan ya atau tidak," kata Edward, Selasa (4/12/2018).
Dia menambahkan keputusan tersebut bergantung pada perkembangan hasil investigasi KNKT terkait dengan kecelakaan B737 MAX 8 registrasi PK-LQP yang jatuh di perairan Tanjung Karawang. Data dan informasi seputar investigasi kecelakan tersebut akan terus dipantau.
Kendati demikian, Edward mengakui pembatalan pemesanan pesawat memerlukan suatu proses yang tidak bisa dikatakan mudah. Selain itu, pembatalan tidak bisa dilakukan secara mendadak.
Dia berjanji untuk menyampaikan pernyataan resmi apabila sudah ada pembicaraan dengan lessor maupun menentukan sikap yang diambil terkait dengan pemesanan pesawat tersebut.
"Kalau mengenai bisnis apapun bisa terjadi. Sejauh ini masih dalam rencana [pemesanan] awal," ujarnya.
Lion Air Group diketahui memiliki pesanan pesawat seri MAX sejumlah 272 unit, terdiri atas B737 MAX 8 sebanyak 218 unit, B737 MAX 9 sebanyak 4 unit, dan B737 MAX 10 sebanyak 50 unit. Adapun, jumlah pesawat Boeing MAX 8 yang dimiliki sejumlah 11 unit.
Usai menyampaikan laporan awal investigasi kecelakaan, KNKT akan menyelidiki sensor AoA yang sebelumnya terpasang pada pesawat B737 MAX 8 registrasi PK-LQP saat berada di Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar.
Sensor AoA yang terpasang di pesawat PK-LQP pada penerbangan JT-610 sebelumnya pernah diperbaiki oleh Boeing di Florida. Fasilitas perbaikan tersebut juga akan diperiksa untuk mengetahui prosedur perbaikan yang dilakukan, serta memeriksa rekam jejak sensor AoA milik PK-LQP.
Selain itu, investigator juga akan melakukan rekonstruksi penerbangan JT-610 di fasilitas simulator milik Boeing Co. Beberapa hal yang dilakukan adalah merekonstruksi kecelakaan mengacu pada data Flight Data Recorder (FDR).
Tim investigasi juga telah mendapatkan data Quick Access Recorder (QAR) untuk dilakukan analisa lebih lanjut. Total terdapat penerbangan 385 penerbangan yang akan dievaluasi untuk melihat kemungkinan terjadi gangguan serupa dengan pesawat PK-LQP.
QAR adalah perekam penerbangan udara yang dirancang untuk menyediakan akses cepat dan mudah ke data penerbangan secara kasar.