Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepemilikan Aset BOJ Melebihi PDB Jepang

Bank Sentral Jepang (BOJ) melaporkan kepemilikan aset melebihi PDB nasional, sebesar 553,6 triiun yen (US$4,9 triliun), yang terkumpul lewat program pembelian obligasi besar-besarannya selama lima tahun terakhir.
Bank of Japan/REUTERS
Bank of Japan/REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Sentral Jepang (BOJ) melaporkan kepemilikan aset melebihi PDB nasional, sebesar 553,6 triliun yen (US$4,9 triliun), yang terkumpul lewat program pembelian obligasi besar-besarannya selama lima tahun terakhir.

Hal itu pun menjadikan BOJ sebagai bank sentral pertama dari negara kelompok 7 (G7) yang memegang aset kolektif melebihi PDB nasional. Adapun PDB Jepang per akhir Juni adalah sebesar 552,8 triliun yen.

Sebagai perbandingan, aset yang dimiliki oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve) hanya sebesar 20% dari PDB AS dan kepemilikan aset yang dipegang Bank Sentral Eropa (ECB) bernilai sekitar 40% dari PDB Zona Euro.

“Tidak ada teori dan konsensus mengenai seberapa besar kepemilikan bank sentral sampai ke tingkat yang berbahaya. Ada rasa tidak nyaman ketika kepemilikan terus meningkat, sementara masih belum jelas sampai di tingkat mana laju kepemilikan itu dapat berhenti,” kata Nobuyasu Atago, Kepala Ekonom di Okasan Securities Co. dan mantan pejabat BOJ, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (12/11/2018).

Kendati BOJ secara signifikan telah mengurangi kepemilikan obligasi yang dibelinya, tumpukan dari obligasi pemerintah (Japanese Government Bond/JGB) justru masih melimpah.

Otoritas moneter Jepang tersebut memiliki JGB senilai 456 triliun yen per 10 November 2018, atau naik dari 125 triliun yen ketika Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda meluncurkan program pelonggaran stimulusnya pada April 2013. Per akhir Juni, BOJ memegang 42,3% obligasi pemerintah dan T-bills.

Dengan inflasi yang masih setengah dari target bank sentral sebesar 2%, BOJ telah memastikan bahwa program pembelian aset yang termasuk ke dalam kebijakan stimulus longgar itu ke depannya akan dilanjutkan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.

Pasalnya, bank sentral masih berupaya menggairahkan perekonomian meskipun pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan melambat.

“BOJ harus melanjutkan perjalanannya sendirian, untuk memperlebar neraca keuangan dan menahan suku bunga rendah,” kata Masamichi Adachi, ekonom di JPMorgan Chase&Co. dan mantan pejabat BOJ.

Adapun dibandingkan bank sentral di negara maju lainnya, seperti The Fed dan ECB, hanya BOJ yang masih belum bergerak menuju pengetatan karena terkendala dengan inflasi.

Sementara The Fed telah berada dalam jalur kenaikan suku bunga dan ECB telah siap menghentikan program pembelian obligasinya pada akhir tahun ini dan berpeluang menaikkan suku bunga pada tahun depan. 

“Kebijakan BOJ jelas sekali tidak berkelanjutan. BOJ akan menderita kerugian jika harus menaikkan suku bunga, sebut saja sebesar 2%. Selain itu, dalam situasi darurat seperti bencana alam atau perang, BOJ tidak akan dapat lagi membiayai obligasi pemerintah,” ujar Hidenori Suezawa, analis fiskal di SMBC Nikko Securities.

Ekonom Bloomberg Economics Yuki Masujima menilai, jumlah obligasi yang telah diakumulasikan tersebut tetap harus dibeli kembali oleh bank sentral untuk menutupi obligasi yang jatuh tempo. Dia mengungkapkan, laju obligasi yang jatuh tempo saat ini telah bergerak mendekati 50 triliun yen secara tahunan.

“Kami tidak mengantisipasikan kekacauan apapun, tapi seiring kebijakan moneter BOJ bergerak ke area berlebihan, tampaknya bank sentral akan menghadapi lebih banyak tantangan,” tutur Masujima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper