Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan belanja iklan pada kuartal III/2018 tercatat Rp39 triliun atau hanya tumbuh 4% dari periode yang sama tahun lalu, serta didominasi oleh belanja iklan milik pemerintah.
Executive Director Media Business Nielsen Indonesia Hellen Katherina mengatakan, peningkatan belanja iklan pemerintah mencetak rekor tertinggi di media televisi dan cetak.
“Sepanjang kuartal III/2018, kategori pemerintah dan politik menjadi penyumbang belanja iklan terbesar dengan total nilai Rp2,9 triliun, atau tumbuh 40% [secara year on year],” katanya, Selasa (30/10/2018).
Dia memamparkan, tren tersebut didominasi oleh belanja iklan milik Kementerian Kesehatan di media televisi yang mencapai Rp523,8 miliar, atau meningkat 31% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hellen menjelaskan, peningkatan tersebut sejalan dengan semakin agresifnya pemerintah dalam kempanye vaksin rubella, gerakan masyarakat hidup sehat, serta pemberian ASI dan makanan pendamping ASI, yang nilai iklannya masing-masing Rp216 miliar, Rp118 miliar, dan Rp142 miliar.
Selain itu, ada belanja iklan milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) di media cetak yang mencapai Rp517,3 miliar, atau melesat 14.512% secara tahunan.
Meski demikian, belanja iklan milik pengusaha juga masih menunjukkan pertumbuhan, khuausnya untuk iklan penyedia layanan daring Rp2,4 triliun (naik 45%), rokok kretek Rp1,6 triliun (naik 8%), susu pertumbuhan Rp1,3 triliun (naik 15%), makanan instan Rp1,2 triliun (naik 21%), serta biskuit dan makanan ringan Rp1,1 triliun (naik 17%).
Namun, Hellen mengatakan, ada beberapa sektor yang menurunkan belanja iklannya sebagai strategi menghindari hiruk pikuk yang tidak efektif dalam penyamapaian pesan.
“Memang ada merek-merek yang menghindari periode berisik tersebut, tapi tidak dapat diartikan usaha mereka sedang kontraksi,” ujarnya.
Memberi tanggapan berbeda, Media Director DSP Media Antonious Pribadi mengatakan, tren perlambatan pertumbuhan belanja iklan pelaku usaha lebih disebabkan oleh tidak stabilnya kondisi ekonomi dan politik.
Menurutnya, tren tersebut sama dengan tren perlambatan pertumbuhan belanja iklan sebelum 2014, yakni menjelang tahun politik.
“Belanja iklan itu bukan belanja mendesak, sehingga wajar kalau ada ketidakpastian pelaku usaha akan ngerem belanjanya. Pelaku usaha masih akan wait and see,” katanya.
Berdasarkan data Nielsen, pertumbuhan belanja iklan pada kuatal I/2018, II/2018, dan III/2018 masing-masing 3%, 8%, dan 4%. Tren pertumbuhan tersebut terlihat lebih rendah dibandingkan kuartal I—III/2017 yang mencapai 3%, 7%, dan 18%.