Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan memperluas konsep minapadi dengan menebar 4.200 benih udang windu yang memanfaatkan air payau di lahan persawahan.
Penebaran benih dilakukan pada acara Inovasi Teknologi Adaptif Perikanan Minapadi Air Payau (Intan-AP) Padi Udang Windu (Pandu) milik Instalasi pembenihan Udang Windu (IPUW) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) di Desa Lawalu, Kecamatan Sopengriaja, Kab. Barru, Sulawesi Selatan pada 25 Oktober 2018.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikana (BRSDM) Sjarief Widjaja yang didampingi Kepala Pusat Riset Perikanan Toni Ruchimat menjelaskan Minapadi Air Payau PANDU ini berada di lahan seluas kurang lebih 1 ha. 0,92 ha lahan tersebut digunakan untuk kegiatan budidaya padi dan udang windu sementara sisanya sekitar 0,08 ha untuk tandon (penampungan air payau).
Dia menambahkan bahwa lahan Minapadi Air Payau PANDU pada awalnya merupakan lahan idle (menganggur) yang terjadi akibat intrusi air laut. Untuk memanfaatkan potensi lahan tersebut diperlukan teknologi dan komoditas ikan yang adaptif sesuai.
“Atas dasar tersebut, BRSDM mengembangkan teknologi yang matang hulu-hilir untuk beberapa spesies, salah satunya udang (penaeus monodon),” katanya melalui rilis resmi, Kamis (25/10/2018).
Realisasi minapadi dengan mengguakan air payau ini juga didukung pengembangan varietas padi yang toleran air payau dengan salinitas 3-10 ppt (parts per thousand) atau 6–20 dSm oleh Kementerian Pertanian.
Perakitan udang windu unggul melalui seleksi individu pada karakter pertumbuhan udang windu juga telah dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Maros (BRPBAP3-Maros). Selain faktor pertumbuhan, udang windu unggul ini juga dapat diadaptasikan pada air payau dengan salinitas rendah hingga kisaran 3-5 ppt
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun menginisiasi program minapadi yang merupakan integrasi dua teknologi menjadi suatu inovasi teknologi.
“Program ini disebut Inovasi Teknologi Adaptif Perikanan Minapadi Air Payau (INTAN-AP),” jelas Sjarief.
Dengan metode ini, diharapkan alih fungsi lahan dapat berkurang dan dapat meningkatkan produktivitas pembudidaya dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Ke depan, daerah ini akan dijadikan sebagai kawasan mina padi salin (air payau) pertama di Indonesia. Pihaknya akan menyiaplamm bantuan berupa beko untuk merapikan wilayah tersebut. Masyarakat sekitar pin akan diajak untuk mengelolanya. kita buat tempat ini jadi kawasan mina padi salin.
Selain mengimplementasikan minapadi air salin, masyarakat juga akan diajak untuk melakukan pengolahan padi dan udang hasil panen guna menambah nilai tambah produk akhirnya.
“Bapak-bapaknya mengurus padi dan udang windunya, ibu-ibunya kita berdayakan untuk mengolah padi sama udangnya. Padinya dibuat jadi padi organik mina padi salin dikemas 5kg. Nah udangnya di kupas kulitnya. Limbah itu bisa dijadikan chitting (benang operasi). Jadi ada added value-nya,” tegas Sjarief.