Bisnis.com, JAKARTA -- PT PAL Indonesia (Persero) memperkirakan pesanan kapal dari militer masih menjadi prioritas utama bisnis perusahaan pada 2019.
Budiman Saleh, Direktur Utama PAL menuturkan pihaknya tengah mengincar beberapa kontrak baru. Diharapkan penetapan perusahaan sebagai penyedia kapal bagi alat utama sistem senjata (Alutsista) ditetapkan pada akhir 2018 ini.
"Pada 2018 ini bisa secure mendapatkan kontrak-kontrak Alutsista. beberapa kontrak diperoleh di akhir tahun ini," kata Budiman, Kamis (25/10/2018).
Dia menuturkan, selain kontrak kapal untuk militer, pihaknya mendapatkan kontrak membangun kapal niaga. Perusahaan juga mendapatkan overhaul kapal permukaan dan kapal selam, serta proyek kelistrikan.
"Pada 2018 ini repair overhaul sudah mulai untuk pekerjaan di luar negeri," katanya.
Meski memiliki kontrak pembangun sejumlah kapal baru maupun perawatan, Budiman tidak bersedia menyebutkan pendapatan yang berhasil dibukukan perusahaan. Dia hanya bersedia menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan modal kerja yang cukup untuk merampungkan setiap pekerjaan.
"Estimasi 2018 dan 2019 plus minus sama. Jumlahnya belum dihitung," katanya.
Seperti diketahui, saat ini pemerintah telah menyusun rencana strategis minimum essential force. Pada tahap kedua yakni 2015-2019, militer menetapkan dapat memenuhi 72% persenjataan minimal baik untuk angkatan laut, angkatan darat maupun angkatan udara. Badan usaha strategis seperti PAL ditetapkan menjadi ujung tombak penyedia peralatan tempur itu.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahyanto yang di antaranya menyebutkan rencana strategis TNI pada 2018 telah mencapai 61,9% target Minimum Essential Force (MEF) dan diharapkan pada akhir 2019 tercapai 72%.
"Untuk urusan Alutsista, pada akhir 2019 akan berdatangan rudal Startreak TNI AD, kapal selam TNI AL, serta pesawat tempur Sukhoi 35 TNI AU," ujarnya.