Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan subsektor fesyen, kriya, dan kuliner masih menjadi penyumbang terbesar terhadap perekonomian pada industri kreatif.
Menurutnya, ketiga subsektor tersebut lebih resisten terhadap guncangan ekonomi dunia. Meski ketiganya masih mendominasi terhadap kontribusi produk domestik bruto, subsektor seperti film, seni, musik, game dan aplikasi berpotensi untuk ditingkatkan sehingga Indonesia dapat menjadi pusat industri kreatif di dunia.
"Empat subsektor ini berpotensi menjadi kekuatan ekonomi baru," ujar Triawan. Dia pada Rabu (17/10/2018) di Jakarta berbicara di Outlook Conference 2019 yang membahas mengenai pengembangan ekonomi kreatif.
Direktur Riset dan Pengembangan Bekraf Wawan Rusiawan mengatakan melihat kondisi ekonomi makro, industri ekonomi kreatif dituntut menjadi kekuatan baru penggerak ekonomi. Apalagi, pada 2019 ditargetkan produk domestik bruto bidang ekonomi kreatif (ekraf) ditargetkan Rp1.200 triliun.
"Oleh karena itu, peran teman-teman [pelaku industri kreatif] sangat penting, kami harus sering ngobrol untuk mengembangkan iklim, karena itu yang paling penting," tambah Wawan.
Dia mengatakan pelaku industri kreatif juga diharapkan dapat berkembang di mata dunia dan mendapatkan pasar yang lebih besar. Meski begitu, dia mengingatkan pasar domestik juga harus digarap dengan lebih serius. "Target pertumbuhannya mencapai 6,20%,"tambahnya.
Dilihat secara mendalam, lanjutnya, subsektor film dan animasi tumbuh signifikan meskipun kontribusi terhadap PDB belum cukup besar dibandingkan dengan subsektor fesyen, kriya, dan kuliner.