Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Target Pertumbuhan Konsumsi Listrik 2018 Sulit Tercapai

Pertumbuhan permintaan listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sepanjang kuartal ketiga tahun ini baru mencapai 4,87%.
Warga memeriksa jaringan listrik miliknya di salah satu Rusun di Jakarta, Senin (6/8/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Warga memeriksa jaringan listrik miliknya di salah satu Rusun di Jakarta, Senin (6/8/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan permintaan listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sepanjang kuartal ketiga tahun ini baru mencapai 4,87%.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memprediksi pertumbuhan permintaan listrik sampai dengan akhir tahun hanya akan sampai pada kisaran 4,5%-5%.
Manurutnya, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh tidak banyaknya industri padat energi, seperti industri pengolahan, yang tumbuh.  Ini  menyebabkan pertumbuhan listrik dari sektor industri tidak begitu tinggi.  
"Investasi kawasan industri, seperti smelter, belum terealisasi dengan optimal sehingga kebutuhan listrik belum tinggi," kata Fabby kepada Bisnis, Selasa (16/10/2018).
Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi sektor rumah tangga juga rendah karena semakin banyak peralatan rumah tangga yang hemat energi.  
Namun demikian, lambatnya pertumbuhan konsumsi listrik menurut Fabby tak akan berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan PLN.  
"Ini kan hanya target penjualan yang tidak capai target. Tapi kan penjualan terus tumbuh," katanya.
Sementara itu, PT PLN (Persero) mencatat realisasi penjualan listrik periode Januari-September 2018 telah mencapai 171,6 terawatt hour (TWh).  


Kepala Divisi Niaga PLN Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan, realisasi tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 4,87% dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu, yakni 163,6 TWh.


Pertumbuhan penjualan listrik tersebut juga tercatat lebih baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pertumbuhan penjualan listrik pada kuartal III/2017 sempat melambat, yakni hanya sebesar 3,1%, dibandingkan kuartal III/2016 sebesar 5.89%.


"Untuk pertumbuhan month-to-month, September 2018 terhadap September 2017 sebesar 5,01%," ujar Yuddy.


Dia menuturkan pertumbuhan penjualan tertinggi berasal dari sektor lain-lain sebesar 7,1%, yang terdiri atas sektor sosial 9% dan sektor publik 5%.  Kemudian disusul oleh sektor industri yang tumbuh sebesar 6,83% dan sektor bisnis sebesar 5,7%.  Sedangkan sektor rumah tangga hanya tumbuh sebesar 2,69%.  


Adapun realisasi sampai dengan triwulan ketiga tersebut masih mencapai 71,7% dari target tahun ini.  Penjualan listrik tahun ini ditargetkan mencapai 239 TWh atau tumbuh sebesar 7% dibandingkan tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper