Bisnis.com, JAKARTA — Tren produksi minyak mentah akan terus turun jika tidak ada lagi penemuan wilayah kerja migas baru skala besar. Penurunan produksi migas dapat diantisipasi melalui kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan cadangan baru.
Jumlah wilayah kerja migas saat ini sebanyak 224 blok turun dibandingkan dengan kondisi pada 2014 sebanyak 310 blok.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher menyebut, dari 310 wilayah kerja migas yang ada pada 2014, yang masih berproduksi hanya 60 blok.
Saat ini, hanya 74 blok migas yang berproduksi dari total 224 blok. Sebagian besar blok yang sudah produksi itu sudah berusia tua. Dengan mayoritas lapangan tua, lifting minyak cenderung turun dan biaya produksi (cost recovery) relatif naik.
“Hal ini [penambahan blok produksi] menunjukkan wilayah kerja eksplorasi mulai berkembang berubah menjadi wilayah kerja migas yang berproduksi,” katanya, Selasa (16/10).
Dia mengatakan, tren penurunan produksi dan lifting minyak karena cadangan semakin menipis. Di sisi lain, cadangan minyak yang baru dalam skala besar belum ditemukan.
“Dan cara untuk menaikkan profil produksi migas adalah melalui giant discovery [penemuan blok migas raksasa], menggantikan sumber produksi yang sudah mature saat ini.”
Menurutnya, dengan lebih dari 70% wilayah kerja migas di Indonesia telah berproduksi sejak 1960-an sampai 1980-an, lapangan tersebut memerlukan frekuensi program pengembangan dan pemeliharaan yang cukup banyak, di dukung oleh pembiayaan yang mumpuni dengan tetap memperhatikan skala keekonomian.
“Harga minyak dunia yang sempat turun signifikan telah memengaruhi iklim investasi eksplorasi di dunia, termasuk di Indonesia. Namun, dalam 2 tahun terakhir ini, harga membaik dan harapannya eksplorasi dapat digiatkan.”
Dari aspek pembiayaan, pemerintah juga membuat terobosan, dengan skema komitmen kerja pasti yang diperoleh dari peralihan blok terminasi ke operator baru, dengan menyediakan sejumlah dana khususnya untuk eksplorasi utamanya seismik, yang akan tersedia bertahap sejak awal 2019.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, sebagian besar dari 74 wilayah kerja migas yang sudah berproduksi telah berusia tua. “Ini menyiratkan bahwa lifting migas tren menurun, sedangkan biaya produksi trennya tidak menurun.”