Bisnis.com, JAKARTA—Konsumsi semen domestik hingga akhir kuartal III/2018 tumbuh 4,9% secara tahunan. Dengan realisasi ini, pertumbuhan pada akhir tahun sesuai dengan target awal.
Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), konsumsi semen dalam negeri sepanjang Januari hingga September 2018 tercatat sebesar 49,76 juta ton, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 47,43 juta ton.
Sementara itu, konsumsi pada September 2018 sebesar 6,77 juta ton atau tumbuh 7,4% dibandingkan September tahun lalu.
Widodo Santoso, Ketua ASI, mengatakan permintaan pada September 2018 meningkat cukup tajam dibandingkan Agustus 2018 yang hanya tumbuh 0,6%. Pertumbuhan ini mendongkrak serapan semen hingga akhir kuartal III/2018.
“Kenaikan yang cukup besar pada September tersebut didominasi konsumsi di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan karena penyelesaian proyek infrastruktur dan proyek strategis di ketiga pulau tersebut. Selain itu juga didorong oleh program pembangunan sejuta rumah serta proyek pedesaan dari pemerintah,” ujarnya Minggu (14/10/2018).
Apabila diperinci, wilayah Jawa masih mendominasi serapan semen dalam negeri sebesar 56,2% dari total konsumsi atau setara 27,96 juta ton, disusul Sumatra dengan konsumsi sebesar 10,72 juta ton, dan Sulawesi serta Kalimantan masing-masing sebesar 4,03 juta ton dan 3,16 juta ton.
Hampir seluruh wilayah mengalami kenaikan konsumsi semen, kecuali Jakarta dan Jawa Timur yang mencatatkan penurunan sebesar 2,7% dan 3,2% secara tahunan.
Untuk pasar luar negeri, ekspor semen dan clinker tercatat tumbuh 103,8% y-o-y secara kumulatif dari 2,01 juta ton menjadi 4,10 juta ton. “Melihat kondisi tersebut, maka kami prediksi sampai akhir tahun konsumsi dalam negeri naik 4% -5 % sesuai prediksi awal,” kata Widodo.
Agung Wiharto, Corporate Secretary Semen Indonesia, mengatakan hal senada. Menurutnya, tahun ini konsumsi domestik nasional berada di kisaran 5%. Pendorong pertumbuhan konsumsi dalam negeri masih berasal dari proyek infrastruktur karena penjualan semen bulk atau curah lebih tinggi dibandingkan semen sak atau ritel.
Penyerap semen ritel antara lain sektor properti, proyek pembangunan berskala kecil, dan end user atau masyarakat yang membutuhkan semen untuk merenovasi atau membangun rumah secara tradisional, sedangkan semen bulk banyak diserap oleh pembangunan berskala besar, seperti proyek bandara, jalan tol, bendungan, dan lainnya.
Adapun, total konsumsi semen domestik dan ekspor pada Januari—September 2018 tercatat sebesar 53,86 juta ton atau tumbuh 8,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 49,44 juta ton.