Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat: Bisnis Kargo Bergantung pada Potensi Daerah

Pengamat penerbangan Alvien Lie menilai potensi daerah menjadi hal yang sangat penting untuk dilihat dalam sektor pengelolaan kargo, termasuk oleh PT Angkasa Pura Kargo.
Pesawat kargo/Ilustrasi
Pesawat kargo/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat penerbangan Alvien Lie menilai potensi daerah menjadi hal yang sangat penting untuk dilihat dalam sektor pengelolaan kargo, termasuk oleh PT Angkasa Pura Kargo.

Anak usaha PT Angkasa Pura (Persero) II itu memang tengah membidik peluang pengelolaan kargo di sejumlah bandara di Tanah Air antara lain Bandara Internasional Jawa barat (BIJB) Kertajati, Majalengka; Bandar Udara Radin Inten II, Lampung; Bandar Udara Fatmawati Soekarno, Bengkulu; dan Bandar Udara Internasional H.A.S. Hanandjoeddin, Belitung.

"Harus dilihat potensinya, sebab kargo itu tergantung dari perdagangan dan industri. Itu harus dilihat apakah di sekitar bandara yang diincar itu memang industri dan perdagangannya membutuhkan layanan kargo udara atau tidak," ujarnya, Rabu (26/9/2018).

Alvien mengatakan hal itu menjadi sangat penting agar strategi pemasarannya betul-betul presisi sehingga tidak akan mengeluarkan atau menimbulkan biaya yang tinggi.

"Karena kargo udara itu volumenya tidak besar tetapi nilainya tinggi," terangnya.

Alvien menilai selama ini kargo masih sering dipandang sebelah mata. Kebanyakan maskapai pun masih menggantungkan bisnisnya kepada pesawat penumpang.

Padahal, potensi kargo cukup besar. Bahkan, beberapa maskapai internasional seperti Singapore Airlines pun sudah memiliki pesawat khusus kargo.

"Di Indonesia ini memang potensinya ada, tapi harus dilihat dahulu daerahnya. Kalau tidak didukung industri dan perdagangan yang tidak membutuhkan kargo udara, nanti akan sulit berkembangnya," ujarnya.

Angkasa Pura (AP) II memang tengah menggenjot pendapatan dari bisnis non aeronautika termasuk layanan distribusi kargo. Dalam catatan Bisnis, bisnis nonaeronautika perseroan pada tahun lalu mencapai Rp3,23 triliun.

Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengakui pendapatan perusahaan sepanjang 2017 sebagian besar masih ditopang oleh bisnis aeronautika.

"Tahun lalu [porsi pendapatan] kami masih 60% [aeronautika] dan 40% [non aeronautika]. Namun, [non aeronautika] bisa menjadi 50% pada tahun depan karena kami sudah masuk pada bisnis organik," sebutnya, 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ilham Budhiman
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper