Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ALFI Desak DO Online di Pelabuhan Priok Terintegrasi

ALFI menyatakan implementasi dokumen delivery order (DO) online pelayaran di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dapat melalui sistem terintegrasi antara perusahaan pelayaran, operator terminal, dan pemilik barang.
Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok./Bisnis.com-Rivki Maulana
Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok./Bisnis.com-Rivki Maulana

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyatakan implementasi dokumen delivery order (DO) online pelayaran di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dapat melalui sistem terintegrasi antara perusahaan pelayaran, operator terminal, dan pemilik barang.

Sekretaris ALFI DKI Jakarta Adil Karim mengatakan saat ini DO online di pelabuhan Priok saat ini baru sebatas menguhubungkan kepentingan antara terminal dan pelayaran, belum melibatkan pemilik barang ataupun yang mewakilinya dalam hal ini perusahaan forwarder.

"Akibat belum terintegrasi dengan tiga kepentingan tersebut, pemilik barang/forwarder yang mewakilinya masih harus mengambil dokumen DO itu ke pelayaran ataupun agennya di sini," ujarnya kepada Bisnis di Jakarta pada Kamis (6/9/2018).

Adil mengungkapkan upaya mengintegrasikan tiga kepentingan (pelayaran, terminal, dan pemilik barang) dalam kaitan DO online di Priok sudah pernah diinisiasi oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II/Indonesia Port Corporation (IPC) melalui anak usahanya, PT Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS), dengan membangun smartport melalui portal MyCargo.

"Di portal MyCargo sudah sangat gamblang pengintegrasian DO online dengan berbagai kepentingan itu. Sayangnya, sampai kini tidak bisa dioptimalkan. Oleh karena itu, regulator dalam hal ini otoritas pelabuhan dan operator pelabuhan mesti mendorong pengimplementasian sistem ini.”

Menurut Adil, dengan pengintegrasian sistem DO secara daring di pelabuhan Priok bakal semakin mendongkrak logistics performance index (LPI) Indonesia.

Berdasarkan data bank dunia, LPI Indonesia pada 2018 sudah membaik, naik 17 tingkat dalam 2 tahun, yakni berada di peringkat ke-46 dari 160 negara.

Peringkat LPI Indonesia yang dirilis Bank Dunia 2016 lalu sempat melorot dari posisi 53 dengan skor 3,08 menjadi peringkat 63 dengan skor 2,98.

Adil mengatakan dari semua indikator LPI, skor tertinggi Indonesia adalah ketepatan waktu dengan 3,67 poin di posisi ke-41.

Adapun indikator pabean, berdasarkan laporan tersebut, mendapat nilai terendah dengan 2,67 poin, berada di posisi ke-62 dari semua negara yang disurvei.

Jati Widagdo, Dirut PT ILCS, mengatakan untuk mengoptimalkan super portal MyCargo, sedang dilakukan pelatihan kepada 200-an perusahaan forwarder untuk bisa menggunakan sistem tersebut yang di dalamnya juga tgersedia DO online.

Dia mengutarakan ecosystem solution MyCargo sudah bisa dimanfaatkan untuk vessel booking internasional yang terhubung ke 50 negara.

"Oktober tahun ini kita perluas untuk vessel domestik sehingga bisa bantu komunitas penggunanya. Kita lengkapi fitur depo, demurrage dan detention juga, kita integrasikan juga dengan warehouse, dan trucking," ujarnya.

Dia menambahkan pihaknya juga mengembangkan sistem pada layanan pelabuhan termasuk autogate serta terminal operating system kontainer dan nonkontainer.

"Di dashboard MyCargo semuanya sudah lengkap termasuk mengakomodasi DO online," ujar Jati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akhmad Mabrori
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper