Bisnis.com, JAKARTA — Negara-negara kepulauan Pasifik mendeklarasikan bahwa perubahan iklim merupakan “satu-satunya ancaman terbesar” di sana. Oleh karena itu, Washington diminta untuk kembali bergabung ke dalam Paris Agreement untuk mencegah pemanasan global.
Adapun Australia yang telah mundur dari komitmennya untuk Paris Agreement, tanpa benar-benar keluar dari pakta tersebut, tetap hadir bersama 18 negara di Forum Kepulauan Pasifik yang menghadiri pertemuan pemimpin negara-negara pasifik di Nauru.
“Perubahan iklim merupakan satu-satunya ancaan terbesar untuk kehidupan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat di Pasifik,” tulis komunike pertemuan tersebut sambil meminta secara tersirat agar AS kembali ke pakta Paris Agreement, seperti dikutip Reuters, Jumat (7/9/2018).
PM Tuvalu Enele Sopoaga menyebutkan bahwa AS perlu kembali ke pakta perubahan iklim tersebut karena dunia tidak bisa mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) tanpa kontribusi dari emitor GRK itu sendiri.
“Kita tidak bisa meninggalkannya [AS]. Nama dari negara tersebut dimulai dengan huruf kapital A,” ujarnya, mengacu kepada AS karena tidak ada negara lain yang dimulai dari huruf A, keculi Australia, di dalam forum tersebut.
Sementara itu, Menlu Australia Marise Payne yang menjadi perwakilan Australia di acara tersebut menolak memberikan komentar atas pernyataan Sopoaga.
“Tidak pantas mendiskusikan pembicaraan internal,” kata Payne melalui pernyataan yang dikirim lewat surat elektronik dan menambahkan bahwa Australia mengerti betapa pentingnya isu perubahan iklim bagi negara-negara di Pasifik.
Adapun Presiden AS Donald Trump menyebut pakta perubahan iklim tersebut sebagai hoax dan menarik AS keluar dari Paris Agreement pada 2017. Dia menilai pakta tersebut menempatkan negaranya di posisi yang tidak menguntungkan.