Bisnis.com, JAKARTA — Di luar ekspektasi, perhelatan Asian Games 2018 ternyata tak mampu memberikan dampak signifikan bagi geliat bisnis pariwisata di Indonesia.
Ketua Tim Pelaksana Visit Wonderful Indonesia (ViWI) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan, Asian Games 2018 tidak banyak mengatrol angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang 18 Agustus—2 September.
Menurutnya, hal itu disebabkan oleh promosi yang tidak begitu gencar dilakukan dalam menjaring suporter.
Sebelumnya, diperkirakan ada 300.000—500.000 wisman datang ke Indonesia saat pesta olah raga terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade tersebut. Namun, merujuk pada laporan Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), jumlah kunjungan wisman sepanjang Asian Games hanya sekitar 100.000 orang.
“Asian Games ini saya kira dampaknya [baru akan terasa] ke depan. Nantinya, diharapkan banyak [wisman] yang datang kembali mengunjungi Indonesia. Kami masih berharap, rapat tahuanan IMF/World Bank pada Oktober dapat meningkatkan jumlah wisman ke Indoesia,” ucap Hariyadi kepada Bisnis.com, Selasa (4/9/2018).
Dihubungi terpisah, Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari berpendapat, tugas pemerintah untuk mencapai target 17 juta kunjungan wisman tahun ini masih sangat berat. Apalagi, dwipekan Asian Games terbukti tak mampu mendongkrak jumlah kunjungan turis asing.
“Ini karena atlet dan pelatih serta ofisialnya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penonton [asing] yang datang, berbeda dengan Piala Dunia, di mana penontonnya lebih banyak. Jadi, tidak optimal dampak Asian Games dalam mengerek kunjungan wisman,” tegasnya.
Kendati demikian, Azril tetap meyakini akan banyak ada wisman yang mengunjungi Indonesia ke depannya. Terlebih, apabila pemerintah membuat program wisata olah raga (sports tourism) yang memanfaatkan arena (venue) eks Asian Games saat ini.
“Jadi tiap tahun harus ada pertandingan olah raga di Indonesia, enggak harus yang besar. Ini sekaligus untuk memperkenalkan Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyarankan, yang saat ini harus dipikirkan pemerintah adalah bagaimana meningkatkan belanja para wisman yang berkunjung ke Tanah Air. Pasalnya, hal itu akan berdampak langsung pada perolehan devisa dan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.
“Rerata belanja turis ini masih sedikit, berkisar antara US$1.000—US$1.550,” ucapnya.
Sementara itu, Deputi II Bidang Administrasi Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc) Francis Wanandi memproyeksikan, hasil penjualan suvenir atau cendera mata resmi Asian Games mencapai Rp30 miliar. “Ini lebih di atas target yang Rp10 miliar hingga Rp20 miliar,” ungkapnya, saat dihubungi.
Adapun, sebutnya, rerata jumlah penonton yang hadir di venue Asian Games terutama di areal Gelora Bung Karno (GBK) mencapai 75.000 hingga 150.000 orang per hari.
Bappenas memproyeksikan, dampak langsung pengeluaran peserta dan pengunjung pergelaran olah raga Asia tersebut mencapai Rp3,6 triliun.
Sebanyak 88% dari pengeluaran tersebut berasal dari penonton dan wisatawan, diikuti 4,67% pengeluaran oleh atlet, 3,96% oleh awak media, 2,34% oleh ofisial, dan 0,77% oleh sukarelawan.
Adapun, akomodasi diperkirakan menjadi komponen pengeluaran terbesar yang mencapai Rp1,3 triliun, diikuti transportasi Rp640 miliar, makanan dan minuman Rp628 miliar, belanja Rp560 miliar, serta hiburan Rp280 miliar.
KONTRIBUSI PALEMBANG
Di sisi lain, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Selatan Herlan Aspiudin melaporkan, tingkat hunian kamar atau okupansi hotel berbintang di Palembang selama Asian Games hanya mencapai sekitar 70%.
Pasalnya, kedatangan atlet, pelatih, ofisial, maupun suporter mancanegara ke Palembang hanya sekitar 10.000 orang, jauh di bawah ekspektasi awal sebanyak 51.000 orang.
Seperti diketahui, Palembang merupakan kota penyelenggaraan utama Asian Games selain DKI Jakarta.
“IDampak dari Asian Games ini tak signifikan terhadap bisnis hotel di Palembang, karena diperkirakan tamu yang datang banyak tetapi tak sesuai dengan prediksi,” jelas Herlan.
Dia mengungkapkan, rendahnya tingkat okupansi hotel di Palembang dipicu oleh kenaikan tarif sewa kamar sebesar 50% hingga 100% dari harga normal sepanjang Asian Games.
Harga kamar bintang III dan IV yang hanya Rp400.000—Rp800.000 per malam pada hari normal, melesat menjadi lebih dari Rp1 juta per malam saat dwipekan Asian Games.
Kondisi serupa terjadi di Jakarta. Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat PHRI Rainier Daulay mengonfirmasi, Asian Games hanya meningkatkan okupansi hotel di Ibu Kota sebesar 10% hingga 20% dari hari biasa. Pasalnya, kenaikan tingkat hunian hanya terpusat di hotel yang berada di sekitar venue Asian Games di GBK.
“Yang tinggal di hotel kan hanya ofisial dan media, atlet tinggal di Wisma Atlet yang telah disediakan. Jadi enggak begitu besar dampaknya ke sektor perhotelan. Tidak merata juga. Paling banyak ya di sekitar areal venue Asian Games,” tuturnya.
Pada perkembangan lain, Ketua Umum PHRI Sudrajat menuturkan industri restoran dan kafe di DKI Jakarta juga tidak menerima berkah yang maksimal dari pergelaran Asian Games, akibat kebijakan lalu lintas ganjil genap yang menurunkan omzet pebisnis restoran dan kafe sekitar 40% dalam 1 bulan.
“Ganjil genap Asian Games ini kan arealnya diperpanjang, terlebih Sabtu dan Minggu juga diberlakukan, jamnya lebih panjang dari tadinya jam 7:00 pagi hingga jam 10:00 pagi dan jam 16:00 hingga jam 20:00, sekarang jadi seharian dari jam 6:00 pagi hingga jam 21:00 malem. Terdampak sekali ini. Apalagi ini diperpanjang hingga Oktober,” terangnya.
Dari sektor lain, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Handaka Santosa menuturkan, belanja belanja wisman (baik atlet, ofisial, media, maupun suporter) tak merata selama Asian Games.
Pasalnya, sebut Handaka, hanya pusat perbelanjaan yang dekat dengan GBK saja yang mengalami kenaikan kunjungan konsumen antara 10% hingga 20% selama pergelaran Asian Games.
“Namun, untuk [pusat perbelanjaan] yang berada di luar areal kompetisi, terlebih yang terkena kebijakan ganjil genap terjadi pengurangan pengunjung sekitar 10%. Ada pengurangan orang belanja karena ya ganjil genap, bikin mereka jadi enggan berbelanja,” ujarnya.
ASIAN GAMES 2018 DALAM ANGKA
Jumlah negara peserta : 45 negara
Jumlah atlet : 11.280 orang
Jumlah ofisial/kru : 6.000 orang
Jumlah cabor : 40 jenis
Jumlah pertandingan : 465 pertandingan
Jumlah awak media : 9.621 orang
Jumlah awak medis : 570 orang
Jumlah tempat penyelenggaraan:
Di Jakarta : 21 venue
Di Palembang : 10 venue
Di Jawa Barat : 9 venue
Sumber: Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc)
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman ke Indonesia*
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Asal Wisman Januari—Juli 2017 Januari—Juli 2018 Perubahan (%)
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Asean 2,504 3,112 24,26
Asia selain Asean 3,003 3,386 12,72
Timur Tengah 0,166 0,163 -1,80
Eropa 1,100 1,126 2,31
Amerika 0,329 0,336 2,04
Oseania 0,873 0,892 2,19
Afrika 0,046 0,045 -291
Total 8,025 9,062 12,92
------------------------------------------------------------------------------------------------------
*) Ket: satuan dalam juta
Perkembangan Tingkat Okupansi Kamar Hotel di Indonesia*
------------------------------------------------------------------------------------------------
Klasifikasi bintang Juli 2018 Perubahan y-o-y Perubahan m-t-m
------------------------------------------------------------------------------------------------
Bintang 1 37,45 -11,62 -2,77
Bintang 2 57,79 3,24 5,90
Bintang 3 58,38 2,08 8,28
Bintang 4 63,56 3,71 8,16
Bintang 5 64,99 1,27 11,08
Seluruh bintang 59,30 1,78 7,26
------------------------------------------------------------------------------------------------
*) Ket: Satuan dalam persen. Sekadar catatan, rerata lama menginap tamu asing di Indonesia pada Juli 2018 adalah 1,73 hari.
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2018