Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan coworking, COCOWORK, membidik kerjasama dengan perbankan dan pemerintah untuk pemanfaatan ruang bagi berbagai komunitas.
Chief Operating Officer COCOWORK, Erich Hirawan mengatakan perusahaan memang membidik kolaborasi dengan perbankan untuk membantu komunitas di start-up yang bergerak pada bidang teknologi finansial. Menurut Erich, perbankan di Indonesia masih memiliki jaringan yang kuat dengan daya dukung teknologi yang bisa terintegrasi dengan bisnis finansial pemula.
Selain membidik kerjasama dengan perbankan, Erich mengakui kerjasama dengan kantor-kantor pemerintahan adalah salah satu agenda prioritas perusahaan.
Menurut Erich, kantor pemerintahan dan badan usaha milik negara (BUMN) membutuhkan konsep baru perkantoran guna menjawab kebutuhan generasi millennials. Sebelum bekerjasama dengan Bank UOB, COCOWORK sudah menjalin kerjasama dengan Bank Tabungan Negara (BTN) juga PT Pos Indonesia (Persero).
“Kita mengarah ke pemerintah misalnya ke PT Pos Indonesia. Mereka punya visi yang baik membantu perkembangan teknologi. Kita melihat PT Pos mau berkolaborasi dan member kita juga banyak start-up yang bisa mereka jajaki,” tutur Erich.
Sebagai perusahaan yang sudah lama berdiri, Erich menilai PT Pos dan sejumlah perusahaan lain secara perlahan pasti akan mengadopsi konsep ruang kerja coworking space. Menurut dia, kerjasama dengan mitra strategis inilah yang akan memudahkan pertumbuhan bisnis perusahaan mereka sendiri. Di lain pihak, kerjasama ini menjadi stimulus bagi pengelola coworking space mendapatkan investor.
Baca Juga
Erich mengatakan, ada investasi untuk membuka cabang baru di luar Jakarta berasal dari investor. Misalnya saja, untuk membuka coworking space COCOWORK di Bali, Makassar, dan Yogyakarta tahun ini.
“Alokasi funding sekitar Rp2 juta sampai Rp4 juta per meter persegi. Nilai di setiap daerah juga berbeda tergantung biaya konstruksi di daerah. Oleh sebab itu saat ini investor membantu mendanai yang di luar Jakarta,” ujar Erich di UOB Plaza, beberapa waktu lalu.
Erich menceritakan, untuk pembangunan tiga lokasi baru, di Bali, Yogyakarta, dan Makassar, COCOWORK mengandalkan investor. Dengan kerjasama ini, COCOWORK menjadi operator yang akan mengoperasikan ruang tersebut.
“Makanya di Yogyakarta juga di Makassar ada investor yang invest. Kami Cuma mengoperasikan kata Erich," jelasnya.
Khusus di Yogyakarta, Makassar, dan Bali, menurut Erich permintaan coworking space sudah ada seiring dengan keinginan anak muda khususnya yang baru lulus kuliah untuk membuka bisnis sendiri ketimbang menjadi karyawan suatu perusahaan.
Misalnya saja pasar di Makassar tidak sama dengan di Jakarta. Pada mula tren coworking space, sejumlah anak muda di Jakarta memang cenderung ingin membuat bisnis start-up sesudah lulus kuliah. Sementara anak muda di Makassar dan Jogjakarta masih memilih merantau dan masuk perusahaan.
Namun, kata Erich berdasarkan riset tim COCOWORK, tren dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan, Jogjakarta sebagai kota pelajar juga menjadi arena baru pertumbuhan start-up. Para alumni universitas di Jogjakarta akhirnya mulai membuka start-up untuk sektor keuangan atau financial technology, ataupun start-up untuk food and beverages.
Kontribusi investor dalam pendanaan coworking space ini telah membantu keuangan pengelola coworking space. Pasalnya selama ini COCOWORK kerap kali melakukan subsidi kepada tenant ataupun member dalam 2-3 tahun sehingga balik modal untuk dana pembangunan memakan waktu dua sampai tiga tahun.
Erich menerangkan, tiga lokasi baru coworking space itu akan dibuka pada akhir tahun ini. Ada pun COCOWORK di Bali akan mulai September mendatang. Begitu pula di Makassar yang juga mulai pada September. Sementara di Yogyakarta kemungkinan akan mulai beroperasi pada November tahun ini.
“Minggu depan kami sudah mau finalisasi yang di Bali. Jadi nanti September, COCOWORK di Makassar dan Bali bersamaan,” tutur Erich.