Bisnis.com, JAKARTA - Di saat tingkat optimistisme pelaku usaha global terhadap prospek ekonomi menunjukkan tren menurun pasca perang dagang antara AS dan China, optimisme pelaku bisnis Indonesia justeru mengalami kenaikan menggembirakan. Bahkan tingkat optimismenya tertinggi di dunia dengan level 98%.
Demikian hasi survei Grant Thornton International Business Report (IBR) per kuartal II 2018. Hasil survei tersebut diperoleh melalui wawancara dengan lebih dari 2.500 pejabat di jenjang eksekutif, managing director, chairman atau eksekutif senior lain dari semua sektor industri, yang dilakukan pada periode Mei-Juni 2018.
Survei rutin ini sudah berlangsung sejak 1992 di sembilan negara Eropa yang memberikan wawasan dan pandangan bisnis lebih dari 10.000 perusahaan per tahun di 36 negara.
Berdasarkan hasil IBR tersebut, optimisme pelaku bisnis di Indonesia jauh di atas rata-rata Asia Tenggara, yang berada di angka 64% dan Asia Pasifik di angka 55%.
“Kenaikan optimisme bisnis di kuartal kedua cukup dipengaruhi banyaknya festive season, seperti bulan Ramadan dan Lebaran yang mempengaruhi tingginya konsumsi masyarakat dan berpengaruh positif terhadap perputaran bisnis berbagai sektor industri,” kata Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, dalam pernyataan resminya hari ini Senin (30/7/2018).
Untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk membangun industri manufaktur berdaya saing global melalui percepatan implementasi revolusi industri ke-4 (Industri 4.0) yang diluncurkan di awal kuartal II tahun ini. Implementasi Industri 4.0 akan ditopang lima teknologi utama yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human-Machine Interface, Teknologi Robotic dan Sensor serta Teknologi 3D Printing.
“Pelaku bisnis di Indonesia dapat memanfaatkan komitmen pemerintah tersebut untuk menentukan strategi investasi jangka panjang demi menjaga pertumbuhan secara berkelanjutan. Dan tentu tetap waspada terhadap dampak perang dagang untuk pasar dalam dan luar negeri,” kata Johanna.