Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis jasa berbasis ekosistem seperti ecotourism berpotensi menjadi salah satu cara pemanfaatan hutan berskala internasional tanpa mengesampingkan kelestarian dan keberlangsungannya.
Peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR) Herry Purnomo menyebutkan, di samping kayu, ekowisata menjadi produk hutan lain yang bisa dikembangkan semabri mengajak masyarakat di sekitar area, juga para pengunjung untuk bisa berpartisipasi menjaga keberlangsungan hutan dan kekayaan di dalamnya.
“Sebenarnya yang paling gampang itu ekosistem servisnya, termasuk eko tourism, Itu kan juga produk hutan dan bisa ada jika hutanya bagus. Cuma memang marketnya harus digalakkan,” katanya ketika dihubungi Bisnis, kamis (26/7/2018).
Herry menilai , ekosistem yang saat ini bisa menjadi andalan Indonesia memerlukan dukungan berupa ekosistem yang baik. tanpa hal tersebut, pemasaran dan keberterimaannya akan jauh lebih sulit.
Adapun tantangan yang kerap muncul dalam mengembangkan eko wisata ini , menurut Herry adalah upaya untuk melibatkan masyarakat agar bisa turut berpartisipasi.
Kendati demikian, Dia mengatakan, saat ini sudah ada benyak riset yang dilakukan terkait bagaimana cara mengembangkan ekowisata, baik terkait keuntungan dan dampak yang diakibatkan juga terkait biaya serta pendapatan yangbisa diraih.
“Itu sih sudah banyak sekali seperti Di taman nasional, di hutan lindung, Terutama di Gunung Pangrango itu sudah banyak sudi pendapatan, cost dan benefit per hektarnya” katanya.