Bisnis.com, JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) segera mulai menggunakan bahan bakar gas untuk beberapa kapal pembangkit listrik atau marine vessel power plant (MVPP) yang disewa dari Turki.
Direktur Pengadaan Strategis PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, kapal pembangkit listrik yang siap menggunakan gas pada tahun ini antara lain MVPP di Belawan, Medan, Sumatra Utara berkapasitas 240 megawatt (MW).
“Marine vessel Belawan mungkin sebentar lagi. Mungkin Juli ini,” ujar Iwan, akhir pekan lalu.
Menyusul MVPP Belawan, kapal pembangkit listrik di Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara juga direncanakan segera menggunakan bahan bakar gas.
Iwan menuturkan bahwa penggunaan gas pada pembangkit berkapasitas 120 MW tersebut baru bisa diimplementasikan pada tahun depan. Hal tersebut disebabkan belum tersedianya infrastruktur terminal penampungan dan regasifikasi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dan regasifikasi (floating storage regasification unit/FSRU).
Pembangunan terminal LNG memang membutuhkan waktu cukup lama. Pembangunan terminal LNG mini, kata Iwan, membutuhkan waku sekitar 2,5 tahun. Untuk mengatasi hal ini, PLN pun berencana menyewa kapal FSRU yang tidak digunakan lagi.
“Kami cari kapal yang siap, bisa sewa. Cari apakah ada FSRU yang tidak dipakai atau yang sudah dipesan, tetapi tidak digunakan. Nah, kami sedang sosialisasi awal.”
Penyewaan kapal pembangkit menjadi alternatif PLN dalam mencari solusi jangka pendek untuk pemenuhan kebutuhan listrik sambil menunggu pembangkit permanen selesai dibangun.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, dalam beberapa tahun lalu, kota besar di Indonesia sempat mengalami pemadaman listrik bergilir yang cukup berat, yakni di atas 6 jam.
“Pemerintah ingin tidak ada pemadaman lagi di seluruh Indonesia. Kami pilih pembangkit yang bisa menurunkan biaya pokok produksi dan dengan cepat menambah pasokan, ya ini barang [MVPP],” kata Sofyan.
Pengadaan MVPP disebut-sebut tidak efisien dan menyebabkan pemborosan karena menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Sejauh ini, pengoperasian MVPP masih menggunakan BBM jenis heavy fuel oil (HFO). Kapal pembangkit listrik tersebut bisa menggunakan dua jenis bahan bakar, yaitu gas dan minyak.
Sofyan membantah bahwa penggunaan MVPP dengan HFO tidak efisien karena penggunaan tersebut justru lebih efisien dibandingkan menggunakan pembangkit berbahan bakar solar (PLTD).
“HFO itu harganya cuma 35% dibandingkan Solar [high speed diesel/HSD). Beli Solar, dalam beberapa jam bisa bocor karena siapa pun bisa jual beli Solar di jalan.”
MVPP ini pun hanya digunakan selama 5 tahun dan nantinya akan digantikan dengan pembangkit-pembangkit baru permanen yang tengah dibangun.
PLN menyewa lima MVPP dari perusahaan Turki, Karpowership, dengan total kapasitas daya 540 MW. Selain Belawan dan Amurang, kapal pembangkit listrik juga digunakan antara lain di Kupang (60 MW), Ambon (60 MW), dan Lombok (60 MW). (Denis R. Meilanova)