Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PGN Hanya Ambil Pertagas Niaga

Keputusan PT Perusahaan Gas Negara Tbk mengakuisisi 51% saham PT Pertamina Gas dinilai sudah tepat, meskipun tidak sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.
Pipa Gas-1./ANTARA
Pipa Gas-1./ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan PT Perusahaan Gas Negara Tbk mengakuisisi 51% saham PT Pertamina Gas dinilai sudah tepat, meskipun tidak sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. 

PGN hanya mengambil alih 51% saham Pertagas dan satu anak usahanya, PT Pertamina Gas. Empat anak usaha Pertagas akan digabung ke PT Pertamina (Persero).

Analis Senior PT Samuel Sekuritas Indonesia Arandi Ariantara berpendapat keputusan akuisisi 51% saham PT Pertamina Gas (Pertagas) pada gilirannya tidak memakai semua ekuitas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).

“Artinya dia masih punya kas untuk meneruskan kegiatan investasi. Selain itu kas penting buat modal kerja sehingga masih ada alokasi untuk hal lain,” ujarnya dalam keterangan resmi, seperti dikutip pada Kamis (5/7/2018).

Dalam paparan direksi yang disampaikan kepada para analis, sambungnya, PGN juga akan merundingkan skema pembelian sisa 49% saham Pertagas. Share swap saham PGN pada anak usahanya di bidang hulu Saka Energi Indonesia dengan sisa saham Pertagas jadi salah satu opsi.

Harga saham PGN yang sempat anjlok, menurut dia, lebih dikarenakan penilaian pasar terhadap harga akuisisi terlalu mahal. Padahal, menurutnya, akuisisi ini hanya dilakukan untuk saham Pertagas sendiri dan Pertagas Niaga yang memiliki kontribusi terbesar dalam konsolidasi pendapatan Pertagas.

Seperti diketahui, proses pengambilalihan saham Pertagas yang dimiliki Pertamina dilakukan dengan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement /CSPA). Nilai transaksi yakni Rp16,6 triliun untuk 2,59 juta lembar saham.

Dalam transaksi itu, PT Perta Arun Gas, PT Perta Daya Gas, PT Perta Samtan Gas, dan PT Perta Kalimantan Gas sudah dikeluarkan dari buku Pertagas, sehingga hanya terdapat PT Pertagas Niaga sebagai anak usaha di dalam buku Pertagas.

"Kalau dibilang kemahalan, mungkin karena investor berpikir anak usaha Pertagas yang lain ini berkontribusi banyak, padahal tidak,” jelasnya.

Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP), lanjut Arandi, menggunakan valuasi discounted cash flow dan membandingkan harga saham dengan industri sejenis di luar negeri. Selain itu, perhitungan harga dilakukan dengan futured cash flow atau potensi pendapatan Pertagas dalam 10-20 tahun ke depan.

Direktur Utama PGN, Jobi Triananda mengatakan pada tahap awal, pihaknya ingin menyelaraskan bisnis transmisi dan distribusi gas. Menurutnya, dari seluruh mata rantai yang ada di bawah Pertagas, pihak yang mengurus transmisi dan distribusi hanya Pertagas dan Pertagas Niaga.

“Ini yang kita fokuskan untuk akuisisi. Tahapan selanjutnya kita punya opsi macam-macam bisa untuk membeli yang 49% banyak hal. Tapi prioritas kita sekarang 51% kita menjadi saham pengendali,” katanya.

Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengungkapkan integrasi Pertagas ke dalam PGN ini adalah rangkaian proses dari pembentukan Holding BUMN Migas yang merupakan insiatif pemerintah untuk mendorong perekonomian dan ketahanan energi nasional.  

Integrasi ini diharapkan memberikan efisiensi untuk seluruh mata rantai, dari kepastian sumber gas hingga distribusi. Dengan demikian, harga gas bisa kompetitif dan mendorong pertumbuhan pasar berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper