Bisnis.com, JAKARTA -- Meski pembangunan di luar Jakarta sudah mulai signifikan, prospek bisnis puast perbelanjaan di Jakarta masih belum jenuh memikat hati pelaku usaha.
"Saya pikir Jakarta masih prospek untuk pembangunan mal, dan developer besar mereka masih mengincar daerah utama, yakni di Jakarta" kata konsultan properti senior Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto kepada Bisnis usai Colliers Quarterly, di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Dia menjelaskan, indikator utama dalam pembangunan pusat belanja adalah kepadatan penduduk dan ketersediaan infrastruktur transportasi. "Kalau di Jakarta kami melihat ada keduanya, koneksi hub dan konsentrasi penduduk," tuturnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS), jumlah penduduk jakarta pada 2017 mencapai 10,37 juta jiwa, atau plus 18,1 juta jiwa dari Bodetabek.
Hanya saja, terkait infrastruktur transportasi, dia mengatakan, hal tersebut masih menjadi bottle neck yang ditunggu penyelesaiannya. Di sisi lain, katanya, moratorium izin pembangunan mal yang diterbitkan pada 2011, bekemungkinan akan kembali direvisi oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta, jika proyek infrastruktur di Jakarta selesai.
"Karena background dari pembatasan mal, karena mal dianggap menyebabkan kemacetan, dan kemacetan ini akan diatasi dengan adanya LRT dan MRT nanti," tuturnya.
Di sisi lain, Ferry tidak menepis sudah banyak developer yang mulai mempertimbangkan pembangunan pusat belanja di luar Jakarta. "Ada memang developer yang melihat second tier city atau third tier city, tapi itu juga mereka harus menyesuaikan segmentasi pasarnya."
Sekali lagi, hal tersebut juga disebabkan oleh kepadatan penduduk dan koneksi hub di daerah tersebut yang mulai membaik. "Tetapi tetap saja, kalau soal kesuksesan, selalu bergantung pada penyesuaian pasar dan demand masyarakat [yang disasar]," tukasnya.
Adapun, riset Colliers International Indonesia memaparkan supply pusat belanja di Jakarta dan sekitarnya akan terus bertambah.
Jumlah pusat belanja di jakarta akan bertambah sebanyak 5 buah dengan total area ritel atau nett leasable area (NLA) akan bertambah sekitar 350.760 meter persegi (m2) dari 2018 hingga 2020.
Di Luar Jakarta, yakni Bodetabek, supply yang akan bertambah adalah 6 pusat belanja, dengan total area ritel atau nett leasable area (NLA) akan bertambah sekitar 225.685 meter persegi (m2).
Sementara, di Surabaya, supply yang akan bertambah adalah 5 pusat belanja, dengan total area ritel atau nett leasable area (NLA) akan bertambah sekitar 139.465 meter persegi (m2) dari 2018 hingga 2020.