Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memproyeksi gejolak global yang terjadi masih akan berlangsung hingga 9 bulan ke depan. Untuk itu, Indonesia akan terus meningkatkan kewaspadaan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, adjustment yang terjadi di Amerika Serikat masih akan berjalan terus. Adapun reaksi dari negara-negara yang mendapatkan kebijakan terutama di bidang perdagangan sedang dimulai.
Artinya, Indonesia perlu mewaspadai terjadi dinamika yang tinggi antara negara barat dan negara China.
"Ini dampaknya menimbulkan spillover. Dari sisi moneter, normalisasi kebijakan perdagangannya, ketegangannya akan berlanjut, kita akan terus melihat dalam konteks menjaga dalam jangka yang cukup panjang karena ini bukan policy yang sifatnya bukan seminggu dari negara-negara tersebut," katanya, Senin (2/7/2018).
Sri Mulyani mengemukakan, dari sisi fiskal, moneter, dan sektor riil kami melakukan bauran kebijakan untuk saling mengisi dari BI, antara kebijakan suku bunganya dan kebijakan relaksasi dari sisi kebijakan kreditnya.
Adapun yang akan pemerintah lakukan di fiskal melalui pajak dan juga belanja tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan di perekonomian.
Sri Mulyani menilai gejolak ini dampaknya akan membuat indikator mengalami pergerakan yang bisa menimbulkan tekanan ke pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, supaya tidak memberikan dampak yang besar, pemerintah lakukan relaksasi atau support.
Dengan demikian, pemerintah akan melakukan adjustment terhadap shock tersebut, tetapi dampak dalam negeri diminimalisasi.
"Ini yang kami lakukan dan kami review berulang karena seperti tadi, dinamika berubah terus, karena yang melakukan policy bukan dalam kendali kita," ujarnya.
Sri Mulyani menambahkan, data BPS tentang inflasi Juni yang stabil menunjukkan bahwa kondisi perekonomian dalam negeri masih sesuai dengan proyeksi.
Hal ini berarti imported inflation belum berpengaruh ke dalam negeri. Namun, ada dampak dari demand side karena perubahan nilai tukar dan suku bunga.
Menurutnya, sektor yang akan mendapatkan tekanan paling besar dari adanya tekanan global adalah investasi. "Untuk itu OJK akan lihat space di perbankan. Kami lakukan insentif investasi. Ini semua agar kami bisa melindungi momentum dari investasi itu walaupun dia menghadapi tekanan, tapi mereka mendapat kompensasi dari pemerintah," katanya.