Bisnis.com, JAKARTA -- Meski banyaknya tantangan besar, hambatan tarif dan nontarif di negara tujuan impor dan ketergantungan bahan baku impor, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengklaim selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja industri dan ekspor melalui marketing.
"Jadi kami tidak sekedar trading, kami mencoba meningkatkan ekspor, khususnya di Asean dan beberapa negara tujuan ekspor, tapi memang masih banyak tantangannya," kata Ketua Gapmmi Adhi S. Lukman kepada Bisnis, Minggu (1/7/2018).
Dengan masih banyaknya tantangan tersebut, Adhi menyebutkan, kemungkinan besar industri Mamin akan mengalami penurunan profitabilitas. Namun, secara umum saya masih yakin, [industri Mamin] tetap tumbuh sesuai harapan, diatas 9% pada 2018," ujarnya.
Pada semester II/2018, Adhi berharap event besar seperti Asean Games dan IMF-WB meeting dapat mendongkrak kinerja industri Mamin. Hanya saja, pemerintah harus dapat memperbaiki koordinasi dalam hal deregulasi dan pemberian insentif pajak yang tepat sasaran.
"Itu harus menjadi fokus, karena insentif pajak selama ini belum menarik dibanding tantangannya, sehingga meningkatkan ekspor dan menurunkan ketergantungan impor bahan baku juga jadi sulit," jelasnya.
Berdasarkan data BPS, impor bahan baku gula mentah periode Januari-Mei 2018 mencapai US$673,5 juta, atau turun dari periode sama tahun lalu US$820,1 juta.
Adapun, naik turunnya impor bahan baku gula mentah sangat erat kaitannya dengan peningkatan kinerja industri Mamin.