Bisnis.com, JAKARTA -- Coca Cola Inggris terpaksa menghentikan sebagian produksinya untuk sementara waktu karena kekurangan karbondioksida (CO2) sebagai bahan baku.
Namun, produsen minuman bersoda itu menyatakan penghentian sementara ini tidak berpengaruh terhadap ketersediaan produk.
Setidaknya lima produsen CO2 di Eropa Utara sedang melakukan pemeliharaan rutin sehingga tidak berproduksi. Akibatnya, hanya ada satu pabrik besar yang beroperasi di Inggris.
"Fokus kami adalah membatasi dampaknya terhadap ketersediaan produk kami. Saat ini, kami sedang menghentikan sementara beberapa line produksi. Tetapi, tidak ada gangguan terhadap pemenuhan pasokan dan kami akan terus memenuhi pesanan dari pelanggan," demikian disampaikan Coca Cola, seperti dilansir dari BBC, Selasa (26/6/2018).
Coca Cola menyatakan pihaknya sedang berkoordinasi dengan para pemasok, mitra kerja, dan pelanggan untuk mengatasi masalah ini.
Gas CO2 merupakan bahan baku penting untuk minuman bersoda, yang digunakan untuk menghasilkan gelembung soda.
Gas tersebut digunakan pula dalam produksi sebagian minuman beralkohol dan termasuk vital untuk pengiriman makanan beku.
Pada pekan lalu, pabrik yang memproduksi John Smith's Extra Smooth dan Amstel--keduanya merek bir milik Heineken--menyampaikan kekurangan karbondioksida ini telah membuat pasokan terpengaruh.
Pengiriman makanan beku turut terpengaruh karena CO2 dibutuhkan untuk membuat dry ice, yang diperlukan untuk membuat produk tetap beku.
Terbatasnya pasokan CO2 juga menjadi perhatian pemerintah setempat. Pada pekan lalu, Dewan Unggas Inggris (British Poultry Council/BPC) sudah memberikan peringatan bahwa sebanyak 60% fasilitas pengolahan unggas bisa terhenti produksinya hanya dalam beberapa hari jika masalah pasokan ini terjadi.