Bisnis.com, JAKARTA -- Foxconn mengumumkan tengah menginvestigasi pabriknya di China setelah ada tudingan kondisi kerja yang tidak layak dari kelompok aktivis buruh AS.
Laporan China Labor Watch, yang berbasis di New York, AS menyebutkan waktu kerja berlebihan, upah minim, pelatihan yang tidak memadai, dan ketergantungan berlebihan terhadap pekerja temporer di pabrik Hengyang Foxconn di Hunan, China.
Pabrik tersebut membuat beberapa produk untuk Amazon, seperti pengeras suara Echo Dot dan Kindle.
"Kami sedang menyelidiki pabrik yang disebut dalam laporan tersebut. Jika benar, maka akan ada langkah-langkah khusus yang segera dilakukan untuk membuat operasional pabrik sesuai dengan ketentuan perusahaan," ujar Foxconn Technology Group seperti dilansir Reuters, Senin (11/6/2018).
Foxconn, yang berbasis di Taiwan, adalah produsen elektronik terbesar dunia dan mempekerjakan lebih dari 1 juta orang.
Pada 2010, perusahaan yang juga memproduksi iPhone ini menjadi sorotan karena besarnya jumlah karyawan yang bunuh diri di salah satu pabriknya di China.
Menurut laporan itu, jumlah pekerja temporer mencakup 40% atau jauh di atas batas yang ditentukan Pemerintah China yang sebanyak 10%. Mereka juga diberi upah yang sama dengan pekerja tetap dan waktu lembur, meski seharusnya lebih besar 1,5 kali lipat.
Pekerja juga bisa mendapat lembur hingga 100 jam per bulan selama masa sibuk, jauh di atas batas 36 jam. Bahkan, beberapa karyawan bekerja selama 14 hari berturut-turut.
"Kami langsung meminta rencana perbaikan dari Foxconn," ujar Amazon.