Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan bahwa ekspor ke pasar nontradisional dan investasi berorientasi ekspor menjadi kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah persaingan global saat ini.
Pernyataan itu disampaikan oleh Enggartiasto pada acara seminar bertajuk “Strategi Pasar Global” didampingi oleh Ketua Dewan Pembina Rumah Kebangsaan Indonesia (RKI) Darmadi Durianto yang juga anggota Komisi VI DPR, Selasa (22/5/2018).
"Kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah ekspor dan investasi. APBN hanya merupakan stimulasi saja," kata Enggatiasto.
Untuk itu, dia menargetkan kinerja ekspor nonmigas pada tahun 2018 naik sebesar 11%.
Guna mencapai pertumbuahn ekspor itu, Enggartiasto mengatakan bahwa pemerintah gencar membuka pasar ekspor nontradisional sesuai amanat Presiden Joko Widodo.
Salah satu pasar ekspor nontradisional yang dinilai cukup potensial adalah negara-negara di kawasan Afrika seperti Nigeria, Maroko, Tunisia, dan Kenya. Demikian juga dengan Asia Selatan seperti Pakistan, Srilanka dan Bangladesh.
“Pasar nontradisional ini sangat potensial. Mereka adalah seperti Indonesia tahun 80-an. Sedangkan Amerika Serikat, Eropa dan Australia sudah tidak bisa diharapkan lagi,” katanya.
Enggartiasto kemudian mencontohkan maraknya pertumbuahn pabrik mie instan di Nigeria karena tingginya kebutuhan. Selain itu pasar busana Muslim dan produk tekstil juga potensial untuk Pakistan dan Rusia selain Timur Tengah.
Sementara itu, Darmadi Durianto mengatakan bahwa pemerintah perlu meningkatkan bantuan pendanaan untuk kelompok UKMK. Pasalnya sektor usaha tersebut terbukti punya kemmapun yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara nyata.
Dia menilai di tengah pelemahan rupiah saat ini, seharusnya sektor UKMK didorong untuk meningkatkan produktivitas untuk kegiatan ekspor.
Darmadi menyatakan UKMK saat ini merupakan penopang perekonomian nasional yang andal. Apalagi sektor mikro yang merupakan 90% dari kegiatan UKMK itu sendiri.
Hanya saja dia mengingatkan selain lemahnya pembiayaan, persoalan yang dihadapi oleh sektor usaha mikro adalah masalah manajerial.
Dia mengakui selama ini persoalan manajerial adalah akibat masih lemahnya sumber daya manusia. Untuk itulah pemerintah juga perlu meningkatkan bantuan pelatihan kepada mereka, ujarnya.