Sejak beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran paradigma terkait perusahaan pengelola bandara yang bukan hanya sekedar penyedia infrastruktur bandara namun juga perusahaan penyedia layanan bagi pengguna jasa bandara. Hal ini berdampak pada pola bisnis pengelola bandara yang harus lebih menekankan pada pelayanan bagi para pengguna jasa bandaranya.
Pengutamaan pada aspek pelayanan pengguna jasa bandara, selain aspek keselamatan dan keamanan, pada akhirnya berdampak pada strategi peningkatan pendapatan. Pengalaman positif penumpang (passenger experience) di bandara harus ditingkatkan. Diharapkan dengan passenger experience yang menyenangkan di bandara dapat merangsang calon penumpang untuk berbelanja di bandara.
Hal ini sesuai dengan tren bisnis bandara di luar negeri yang mengandalkan pendapatan non-aeronautika seperti pendapatan konsesi, penyewaan, pergudangan, dan melalui entitas anak usaha yang menunjang pengelolaan bandara dan aset-aset yang dimiliki perseroan.
"Oleh karena itu, fokus pada pelayanan harus didukung peningkatan ekspansi dan beautifikasi. Namun hal ini membutuhkan investasi yang cukup besar tanpa menghilangkan risiko. Ini tantangan yang harus Angkasa Pura I hadapi sebagai pengelola bandara," kata Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I (Persero) Devy Suradji dalam acara Annual Marketing Meeting (AMM) PT Angkasa Pura I (Persero) yang dilaksanakan pada tanggal 1 - 4 Mei 2018 di Labuan Bajo.
Sebagai informasi, AMM merupakan ajang tahunan untuk melakukan koordinasi dan sharing session pengelola kegiatan pemasaran dan penjualan 13 bandara Angkasa Pura I. Selain dihadiri oleh para pengelola kegiatan pemasaran di bandara, AMM kali ini yang mengangkat tema "Delivering Airport Bakue Towards Public and Nation" juga menghadirkan pembicara eksternal seperti mantan CEO XL Axiata, Indosat, dan CMO Telkomsel Hasnul Suhaimi.
Tantangan lainnya pengelola bandara saat ini, lanjut Devy, yaitu meningkatnya kebutuhan akan bandara yang hijau dan eco-friendly, perubahan pada airline secara network dan kapasitas, dinamika kebutuhan serta keinginan penumpang, kebutuhan untuk peningkatan efisiensi operasi serta ekspektasi pelayanan penumpang termasuk pengurangan waktu antri, dan kompetisi di antara bandara dan transit hub baru.
Terkait hal tersebut, Devy mengatakan bahwa kunci sukses pengembangan bandara yaitu optimalisasi efisiensi operasional, meningkatkan potensi pendapatan, dan membangun loyalitas penumpang. "Oleh karena itu, Angkasa Pura I fokus pada pendapatan non-aeronautika dan digitalisasi melalui peningkatan pelayanan. Dalam meningkatkan pelayanan, perlu diperhatikan pengelolaan passenger experience, processing time, antre di imigrasi, waktu transit yang lama, dan jarak jalan ke gate," kata Devy.
Terkait peningkatkan kompetisi dengan global hub dan menghadapi tantangan LCC yang berbeda dari full service carriers, lanjut Devy, Angkasa Pura I juga harus terus meningkatkan sinergi dengan aliansi maskapai agar tercipta mutual understanding kepentingan masing-masing yang pada akhirnya dapat mewujudkan keuntungan bersama.