Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor China rebound lebih kuat dari perkiraan pada bulan April 2018, menandakan tingginya permintaan global yang menjadi penopang bagi ekonomi di tengah perselisihan perdagangan dengan Amerika Serikat.
Impor pada bulan April juga tumbuh lebih kuat dari yang diperkirakan, menunjukkan permintaan domestik China bertahan dengan baik, sekaligus menjadi kabar baik bagi bank sentral yang mencari melunakkan tekanan dari friksi perdagangan.
Berdasarkan data Bea Cukai China, ekspor pada April meningkat 12,9% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, mengalahkan perkiraan analis yang memperkirakan kenaikan 6,3% dan berbalik penurunan 2,7% pada Maret.
Sementara itu, impor tumbuh 21,5% yoy pada April, melampaui perkiraan analis sebesar 16% dan meningkat dari bulan Maret yang mencatat kenaikan 14,4% yoy.
Gejolak yang memanas dengan Washington dan ancaman tindakan terhadap perdagangan dan investasi telah menambah kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi di China tahun ini.
Diskusi tingkat tinggi antara kedua belah pihak di Beijing pekan lalu tampaknya hanya membuat sedikit kemajuan substantif dalam meredakan ketegangan, terlepas dari kesepakatan untuk mengadakan pembicaraan lanjutan.
Otoritas Gedung Putih mengatakan petinggi bidang ekonomi China akan mengunjungi AS pekan depan untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan pemerintahan Trump.
Diketahui, surplus perdagangan China dengan AS melebar menjadi US$22,19 miliar pada April dari US$15,43 miliar pada Maret, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data bea cukai yang dirilis pada Selasa. sejak awal tahun hingga April, surplus perdagangan naik menjadi US$80,4 miliar, dibandingkan dengan US$71 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Ekspor China ke AS naik 13,9% dalam empat bulan pertama tahun 2018 dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan kenaikan 14,8% pada Januari-Maret. Sementara itu, impor dari AS naik 11,6% periode yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
