Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tensi Perdagangan Meningkat, China Mulai Setop Beli Kedelai AS

China dikabarkan mulai menghentikan pembelian kedelai dari Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya tensi perdagangan.
Kedelai/Reuters
Kedelai/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – China dikabarkan mulai menghentikan pembelian kedelai dari Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya tensi perdagangan.

“Apa pun yang mereka [China] beli adalah [produk-produk] bukan dari AS,” ujar Soren Schroder, CEO Bunge, pengolah biji minyak terbesar di dunia, kepada Bloomberg. “Mereka membeli kacang-kacangan di Kanada, Brasil, sebagian besar Brasil, tetapi tidak membeli apa pun dari AS.”demikian seperti dilansir dari CNBC.

Perwakilan Bunge belum menanggapi permintaan CNBC untuk berkomentar sehubungan dengan hal ini.

Mengutip data USDA untuk tahun pemasaran saat ini, Bloomberg melaporkan bahwa China membatalkan pembelian 62.690 metrik ton kedelai AS dalam dua pekan yang berakhir pada 19 April.

Bursa berjangka kedelai turun 1% pada perdagangan Rabu (2/5/2018), meskipun naik 8% pada tahun ini.

Sebagai respons atas rencana pengenaan tarif oleh pemerintahan Trump senilai US$50 miliar terhadap impor produk-produk China, Departemen Perdagangan China mengumumkan rencana pengenaan tarif impor terhadap 106 produk AS pada awal April, termasuk kedelai. Tidak ada tanggal efektif yang diumumkan pada saat itu.

Saat pasar menantikan mulai diberlakukannya rencana itu, ada harapan di antara pedagang bahwa ketegangan antara kedua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia itu bisa mereda dan aliran perdagangan akan terus berlanjut.

China adalah pasar terbesar kedua untuk ekspor pertanian AS, sementara kedelai secara historis menjadi salah satu produk unggulan yang dijual ke negara Asia tersebut, menurut Departemen Pertanian AS.

Namun tampaknya bukan itu yang terlihat, setidaknya untuk saat ini.

“Sangat jelas bahwa ketegangan perdagangan telah menghentikan China membeli pasokan dari AS,” kata Schroder, seperti dikutip Bloomberg. “Berapa lama itu akan bertahan, siapa yang tahu? Tapi selama ada ketidakpastian, ini kemungkinan akan berlanjut.”

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro