Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Oesman Sapta Odang (OSO) mengatakan bahwa sudah saatnya masyarakat tidak meributkan utang negara, namun memikirkan bagaimana membangun daerah guna menjadikan Indonesia sebagai negara maju.
Menurutnya, masyarakat sering salah mengerti persoalan utang karena informasi yang diterima tidak benar. Padahal, tidak ada pemerintah yang tidak punya utang karena utang negara merupakan kelanjutan dari utang-utang pemerintahan sebelumnya.
Bahkan OSO menyebutkan utang pada masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang telah berjalan selama tiga setengah tahun, merupakan yang terkecil dibandingkan sejumlah pemerintahan sebelumnya. Artinya, kalau utang negara terlihat besar karena merupakan akumulasi dari utang-utang sebelumnya, ujarnya.
“Utang pemerintahan saat ini merupakan yang terkecil dibandingkan sejumlah pemerintahan sebelumnya. Bahwa ada kewajiban membayar besar, betul karena sebagai pertanggungjawaban utang yang lama,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (29/4)
Menurutnya, masyarakat juga tidak perlu takut dengan utang kalau pembangunan berjalan dan pemerintah melakukan hal-hal yang bermartabat. Apalagi, ujarnya, pemerintah saat ini lebih fokus membangun infrastruktur di daerah-daerah.
Menurutnya, tanpa pembangunan daerah-daerah maka pembangunan nasional tidak bisa berjalan. Sedangkan kemajuan pembangunan ekonomi daerah harus ditunjang oleh pembangunan infrastruktur yang tengah dilakukan pemerintah saat ini.
“Infrastruktur ini nantinya akan menggerakkan pembangunan ekonomi,” ujarnya. Sebelumnya dia melakukan kunjungan ke wilayah perbatasan bersama panglima TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Tito Karnavian untuk melihat perkembangan pembangunan di daerah perbatasan.
OSO optimistis kalau pembangunan ekonomi yang dimotori oleh pembangunan infrastruktur di daerah-daerah berjalan dengan baik maka Indonesia akan bangkit pada tahun 2030 sebagai negara dengan kekuatan ekonomi lima besar dunia.
Dia menyebutkan bahwa potensi sumber daya alam merupakan salah satu pendorong ekonomi nasional untuk menjadi negara dengan kekuatan ekonomi dunia. Dia mencontohkan besarnya potensi bauksit sebagai bahan dasar produk aluminium yang dibutuhkan dunia.
“Deposit bauksit terbesar di dunia ada di Indonesia. Ada tujuh perusahaan terbesar di dunia , tapi belum tentu merek punya material,” ujarnya.
"Kalau bauksit masuk ke pasar internasional maka Indonesia akan masuk ke kelompok delapan besar dunia," tambahnya.