Bisnis.com, JAKARTA -- Penetapan patokan harga batu bara berkalori rendah oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diyakini sebagai kunci dimulainya pengembangan gasifikasi batu bara menjadi produk petrokimia.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian (IKTA Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono menuturkan penggunaan batu bara dan gas alam sebagai bahan baku industri aromatik menjadi solusi membangun kemandirian industri petrokimia nasional. Saat ini di Indonesia, industri menggunakan naftah yang berasal dari minyak bumi sebagai bahan baku.
"Kami targetkan 2030 impor sudah sangat minimal karena ada tambahan produk petrokimia dari gasifikasi," kata Sigit di sela-sela acara Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta, Kamis (5/4/2018).
Sebagai informasi, Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas.
Menurut Sigit, pemerintah telah mendapat komitmen investasi maupun lokasi industri untuk pengembangan gasifikasi batu bara ini. Untuk mewujudkan komitmen menjadi proyek, maka salah satu prasyarat yang dibutuhkan adalah kepastian harga serta jaminan pasokan bahan baku.
"Kami sedang berbicara dengan Kementerian ESDM untuk harga batubara kalori rendah. Sejenis public obligation. Perkiraannya agar ekonomis sekitar US$15 per ton," katanya.
Baca Juga
Dalam pembicaaraan antar instansi negara itu, upaya penetapan harga ditargetkan tidak akan merugikan perusahaan pemegang konsesi pertambangan. Kementerian Perindustrian mengusulkan dihapuskannya royalti kepada negara sebagai kompensasi.
"Investor sudah menunggu, kami harapkan secepatnya dapat direalisasikan [peraturan Menteri ESDM mengenai harga batubara untuk industri petrokimia]," katanya.
Seperti yang diberitakan oleh Bisnis sebelumnya, gasifikasi batubara tengah disiapkan di sejumlah lokasi. PT Bukit Asam Tbk bekerjasama PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk akan membentuk perusahaan patungan alias joint venture (JV) untuk membangun pabrik pengolahan gasifikasi batu bara di Sumatra Selatan. Nilai investasi proyek ini diperkirakan lebih dari US$ 1 miliar.
Investor lainnya, Group Indorama juga tengah mengembangkan gasifikasi batubara di Sumatra Selatan. Sementara itu di Berau, Kalimantan Timur proyek gasifikasi batu bara tengah dikerjakan Pupuk Indonesia bersama Pertamina.