Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perkantoran Jakarta Utara Sepi Peminat

Konsultan properti Savills Indonesia merilis riset yang menyatakan bahwa Jakarta Utara memiliki angka kekosongan tertinggi untuk perkantoran yang berada di luar pusat bisnis atau central business district.
Deretan gedung perkantoran dan apartemen terlihat di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (6/4)./Antara-M Agung Rajasa
Deretan gedung perkantoran dan apartemen terlihat di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (6/4)./Antara-M Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA – Konsultan properti Savills Indonesia merilis riset yang menyatakan bahwa Jakarta Utara memiliki angka kekosongan tertinggi untuk perkantoran yang berada di luar pusat bisnis atau central business district.
Kepala Departemen Riset Savills Indonesia Anton Sitorus menyebut tingkat kekosongan tertinggi pertama di Jakarta Utara untuk pasokan non CBD sekitar 32%. Disusul Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Anton menilai minimnya angka penyerapan hunian di kawasan non CBD di Jakarta Timur karena berbanding lurus dengan angka pasokan yang juga rendah.
Dia mengatakan tren perkantoran non CBD memang sisi penawarannya mengalami penurunan pada 2016-2017. Namun pada 2018 kuartal pertama, permintaan hunian non CBD bertumbuh cukup baik. Anton menilai Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat memiliki potensi kenaikan sekitar 33%.
“Mayoritas permintaan dikategorikan sebagai bangunan Grade B sebanyak 73%, sementara Grade A dan Grade C ada 25% dan 2%,” jelas Anton di kantor Savills Indonesia, Panin Tower, Senayan City, pekan lalu.
Dia menyebut perusahaan berbasis teknologi akan menjadi salah satu konsumen yang mengincar pasokan ruang kantor non CBD. Anton memprediksi tahun ini diperkirakan total penawaran perkantoran non CBD mencapai 2,7 juta per meter persegi. Ada pun angka kekosongan berada pada angka 22% dengan biaya sewa Rp127.000 per meter persegi setiap bulan.
“Kita proyeksikan akhir tahun ini, frekuensinya akan naik,” ungkap Anton.
Anton menegaskan, saat ini harga sewa di non CBD masih tertekan turun. Menurutnya, kalau selama ini stabil, maka untuk ke depannya berdasarkan asumsi moderate harganya akan menurun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper