Bisnis.com, DENPASAR - Pelaku usaha di Bali perlu mengantisipasi perang dagang China versus Amerika Serikat (AS) yang dikhawatirkan berimbas ke berbagai lini bisnis.
Ketua Umum Kadin Bali Anak Agung Ngurah Alit Wiraputra mengatakan ekonomi Bali akan terdampak dan sedikit kesulitan menghadapi imbas perang dagang kedua raksasa tersebut.
“Perekonomian kita agak sulit menghadapi kondisi tersebut. Ini akan berdampak terhadap wisatawan dari kedua negara tersebut,” katanya, Senin (26/3/2018).
Menurut Alit dalam segi jumlah, wisatawan asal China ke Bali tahun lalu menduduki peringkat teratas, disusul Australia, India, Jepang, Inggris, dan AS.
Pelaku usaha pariwisata, katanya, perlu membidik pasar wisatawan di luar China dan AS.
Ia menyebut pasar yang lebih potensial yakni Australia dan Eropa harus digenjot, begitu juga pasar wisatawan India dan Timur Tengah yang mulai melirik Bali sebagai destinasi berikut yang bakal dikunjungi.
“Harus diupayakan slot penerbangan langsung dari Eropa dan tingkatkan layanan bandara 24 jam setiap hari,” ujar Alit.
Baca Juga
Dikatakan, ekspor terbesar Indonesia ke AS kemungkinan besar bakal terpengaruh, begitu halnya ekspor ke China. Sedangkan, impor dari kedua negara tersebut bakal semakin membanjir ke Indonesia dengan harga murah yang akan memukul barang-barang produksi dalam negeri.
“Pemerintah perlu memberikan perhatian terhadap nasib produksi lokal, agar tetap memiliki daya saing menghadapi kondisi perang dagang ini,” ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menyebut nilai ekspor barang pada Desember 2017 tercatat mencapai US$47,22 juta. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 2,88% dibandingkan nilai ekspor November 2017 yang mencapai US$ 45,9 juta.
Sementara itu, capaian Desember 2017 tercatat mengalami peningkatan sebesar 14,03% dari kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$41,41 juta.
Sebagian besar ekspor pada Desember 2017 ditujukan ke Amerika Serikat (28,05%), China (11,70%), Jepang (8,40%), Singapura (8,38%), Australia (6,88%).
Lima komoditas utama yang diekspor pada Desember 2017 yakni produk ikan dan udang (36%), pakaian jadi bukan rajutan (12,95%), perhiasan/permata (11,22%), produk kayu, barang dari kayu (6,61%), dan produk perabot, penerangan rumah (6,23%).