Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menyatakan siap masuk ke bisnis petrokimia karena dinilai memiliki nilai tambah yang besar.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan diversifikasi produk turunan minyak dan gas bumi (migas) sangat penting bagi Pertamina. Pasalnya, ada nilai tambah yang bisa diambil.
"Roadmap-nya kan kita sudah selesaikan minggu ini. Nanti kita akan komunikasikan. Jadi, petrochemical itu harus jadi kemauan," katanya di kantor Pertamina, Senin (12/3/2018).
Dia mengatakan proyek petrokimia baru bisa dimulai di 2024 setelah proyek-proyek kilang selesai dibangun. Namun, berbagai kajian harus dimulai dari sekarang.
"Yang penting langkah pertamanya. Komitmen itu harus konsisten," tuturnya.
Menurutnya, dalam menggarap proyek petrokimia tersebut Pertamina bisa melakukannya sendiri atau mencari mitra.
Sementara itu, Gigih Prakoso, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina menjelaskan investasi pertamina di bisnis petrokimia masih sangat kecil. Oleh karena itu, porsi investasi tersebut bakal ditambah.
"Selama ini memang kecil, bahkan hampir tidak ada investasinya. Artinya, ke depan porsi investasi kita tambah," ujarnya.
Adapun investasi Pertamina yang ada kaitannya dengan petrokimia adalah proyek gasifikasi batu bara yang digarap bersama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk..
Melalui kerja sama yang ditandatangani akhir tahun lalu tersebut, batu bara dari PTBA akan diubah menjadi produk akhir yang memiliki nilai tambah. Batu bara tersebut akan dikonversi menjadi syngas yang jadi bahan baku untuk diproses kembali menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.