Bisnis.com, JAKARTA—Rencana pengurangan impor terigu dan bahan baku terigu dari Amerika Serikat sebagai tindakan balasan atas produk impor baja dan aluminium diyakini tidak akan mengganggu produsen terigu di Tanah Air.
Vice President Derector Sriboga Zac Ureawan mengatakan perusahaan misalnya dapat mengimpor bahan baku terigu dari berbagai negara mulai dari Australia hingga Argentina atau India.
“Hambatan tarif tidak akan memukul produsen terigu dalam negeri karena kami dapat mencari sumber lain,” kata Zac, Senin (12/3/2018).
Dia lebih berharap pemerintah memberi perlindungan bagi produsen dalam negeri. Saat ini di pasar terdapat banyak produk terigu yang terindikasi dumping di pasaran. Selain itu, kemudahan untuk mendatangkan bahan baku bagi industri tepung juga sangat dibutuhkan.
Sriboga Flour Mill menargetkan peningkatan utilitas pabrik menjadi 80% hingga akhir 2018. Kapasitas produksi pabrik pengolahan terigu milik perusahaan mencapai 1.500 ton hingga 1.600 ton per hari. Jumlah ini setara 70% dari kapasitas terpasang sebesar 2.100 ton per hari.
Sebelumnya, Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia menilai ekspor tepung terigu dan produk turunan terigu masih tumbuh dengan baik. Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Lopis mengatakan hingga kuartal III/2017, ekspor tepung terigu tercatat sebesar 60.000 ton atau tumbuh 28% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year) dengan nilai ekspor US$22,7 juta.
Produk turunan terigu, seperti wafer, biskuit, dan lainnya, juga tumbuh sebesar 10,5% y-o-y dengan nilai ekspor US$541,8 juta. “Untuk ekspor tepung terigu kami banyak ke Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, Myanmar, Malaysia, dan Korea Selatan. Pertumbuhannya masih baik karena tumbuh positif,” ujarnya.
Selain tepung terigu dan produk turunan tepung terigu, industri tepung terigu dalam negeri juga mengekspor dedak gandum untuk campuran pakan ternak. Namun, hingga kuartal III tahun lalu, ekspor dedak gandum turun 12,4%.
“Pasar domestik lebih membutuhkan, sehingga ekspor dedak gandum menurun. Kemungkinan para peternak butuh pengganti jagung sebagai pakan ternak,” katanya.
Nilai ekspor dedak gandum hingga September 2017 tercatat sebesar US$62,5 juta.