Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) pertama Indonesia akan segera dibangun dan ditargetkan beroperasi pada 2028.
Melansir dari instagram resmi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), PLTAL itu dibangun dengan kapasitas 40 MW dan investasi sekitar US$220 juta atua setara Rp3,58 triliun (asumsi kurs Rp16.309 per US$).
"Rencananya akan dikembangkan di Provinsi NTT sebesar 20 MW dan Provinsi NTB 20 MW," tulis Ditjen EBTKE dikutip Senin (16/6/2025).
Selain itu, terdapat juga beberapa rencana pengembangan PLTAL bersama SBS Indonesia (Inggris), NOVA Innovation (UK dengan PT Pertamina Power Indonesia), dan Tidak Bridge (Belanda).
"Hal ini merupakan salah satu langkah nyata dalam mendukung transisi energi, ketahanan energi, swasembada energi dan pemanfaatan potensi kelautan Indonesia secara berkelanjutan," tulis Ditjen EBTKE.
Asal tahu saja, pembangunan PLTAL juga tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. RUPTL itu menyebut, potensi energi arus laut di Selat Lombok dan Selat Alas yang ada di NTB dan terdapat potensi energi arus laut serta potensi energi gelombang laut di NTT.
Baca Juga
Hal ini bisa dikembangkan dengan potensi berkisar 20 MW yang memerlukan kajian lebih lanjut.
Kementerian ESDM merinci jenis-Jenis teknologi PLTAL adalah sebagai berikut:
1. Pasang Surut
Memanfaatkan pasang surut gelombang laut, dengan 2 tipe: dam pasang surut dan turbin offshore.
2. Gelombang Laut
Memanfaatkan gelombang laut dengan 2 tipe, yaitu PLT Gelombang dan Oscillating Water Current (OWC).
3. PLT Arus Laut
Memanfaatkan arus laut, dengan 2 tipe turbin: poros vertikal dan poros horizontal.
4. Perbedaan Suhu Lapisan Laut (OTEC/Ocean Thermal Energy Conversion)
Memanfaatkan perbedaan suhu air laut, dengan 2 tipe: siklus terbuka dan siklus tertutup.
5. Gradien Salinitas
Memanfaatkan perbedaan konsentrasi garam antara dua fluida, umumnya air tawar dan air laut.