Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Rumput Laut di Bali Anjlok 99%

Produksi rumput laut di Bali mengalami penurunan hingga 99% selama 2017 lantaran rendahnya harga jual tanaman ini hingga peralihan profesi petani ke pariwisata.
Pekerja memanen rumput laut Glacilaria Sp/Antara-Dedhez Anggara
Pekerja memanen rumput laut Glacilaria Sp/Antara-Dedhez Anggara

Bisnis.com, DENPASAR -- Produksi rumput laut di Bali mengalami penurunan hingga 99% selama 2017 lantaran rendahnya harga jual tanaman ini hingga peralihan profesi petani ke pariwisata.

Adapun total produksi rumput laut pada 2017 yakni sebanyak 597,71 ton. Sementara pada 2016 sebesar 100.856 ton. Jumlah ini terus mengalami penurunan. Bahkan, pada 2014 saat musim tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan rumput laut, hasil produksinya tetap masih tinggi yakni mencapai 84.336,3 ton.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bali I Made Gunaja mengindikasikan rendahnya nilai jual rumput laut dibandingkan dengan biaya produksi menjadi penyebab utama turunnya produksi tanaman ini.

Adapun petani merasa dirugikan dengan harga jual rumput laut yang sebesar Rp3.500-Rp5.000 per kg. Petani baru merasa diuntungkan jika harga jual rumput laut sebesar Rp7.000 per kg.

Sementara, mengenai alih profesi petani ke bidang pariwisata masih perlu dikaji lagi. Kemungkinan ini bisa saja benar, sebab Kawasan Nusa Penida yang menjadi lokasi pertanian rumput laut terbesar di Bali memang sedang menggiatkan promosi pariwisata.

Hal ini bisa saja menjadikan masyarakat lebih melihat peluang kerja di bidang pariwisata daripada bertani rumput laut.

"Kita coba berkomunikasi dengan Kabupaten Klungkung untuk melakukan kajian kenapa ini anjlok karena basis rumput laut kita di Klungkung [Kepulan Nusa Penida]," katanya, Kamis (8/3/2018).

Kata dia, 90% pertanian rumput laut Bali berada di Klungkung. Sementara sisanya menyebar di beberapa wilayah seperti di Badung maupun Buleleng.

Walaupun tidak bisa memberikan data pasti mengenai peralihan profesi petani rumput laut, tapi dia menggambarkan kondisi petani yang ada di Pantai Geger Badung. Sebelumnya, di kawasan itu menjadi salah satu kawasan bertani rumput laut.

Namun saat ini sama sekali tidak ditemukan lagi budidaya rumput luat di sana.

"Dulu yang ada di Geger ada 100 pembudidaya sekarang sudah habis," katanya.

Saat ini pihaknya sedang mengusahakan peremajaan pertanian rumput laut melalui pengembangam bibit baru di Nusa Penida. Bibit yang selama ini digunakan petani dinilai tidak menyumbang produksi yang maksimal.

Selain itu, pemasaran juga menjadi salah satu hal yang akan diperbaiki agar harga jual rumput laut dari petani dapat bersaing.

"Tetap Nusa Penida menjadi kawasan rumput laut karena sudah menjadi zonasi kita [Bali] yang tidak kita hilangkan, kita benahi bibitnya dan tingkatkan pemasarannya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper