Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan tengah menyusun konsolidasi kargo nasional ke Pelabuhan Tanjung Priok guna meningkatkan frekuensi pelayaran langsung ke Amerika Serikat dan Eropa. Pelayaran langsung atau direct call diyakini bisa membuat biaya angkut lebih murah.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan saat ini frekeunsi pelayaran langsung ke Amerika Serikat dan Eropa hanya satu kali dalam satu pekan.
"Kami ingin kapal besar itu rutin ke Priok, dari sepekan sekali menjadi 2 hari sekali atau 3 hari sekali," jelasnya saat meninjau PT Jakarta International Container Terminal (JICT) pada Minggu (4/3/2018).
Dalam catatan Bisnis.com, pada April 2017 Pelabuhan Tanjung Priok memang mencetak tonggak baru yang mana kedatangan kapal CMA CGM Otello berkapasitas 8.500 TEUs, kapal terbesar yang pernah merapat d pelabuhan tersebut.
Saat ini, perusahaan pelayaran Compagnie Maritime d'Affretement-Compagnie sudah membuka rute Java South East Asia Express Services atau JAX Services tujuan Los Angeles dan Oakland (West Coast). Perusahaan pelayaran asal Prancis itu juga melayani rute East Asian—North Europe (SEANE).
Dalam paruh kedua 2017, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) mencatat, arus kapal rute Jax Services mencapai 38 cal sedangkan rute SEANE sebanyak 19 call. Total muatan JAX service mencapai 124.302 TEUs sedangkan rute SEANE sebanyak 30.672 Teus.
Budi Karya meyakini biaya angkut akan lebih murah jika volume angkutan bertambah. Untuk itu, Kemenhub ingin Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pusat konsolidasi kargo nasional agar kapal-kapal kontainer berukuran besar bisa lebih sering mampir di Tanjung Priok.
Di sisi lain, dia juga meminta Ditjen Perhubungan Laut untuk memetakan arus barang dari Indonesia yang transit di pelabuhan Malaysia dan Singapura. Pemetaan itu, menurut Budi Karya, menjadi modal berharga untuk mengetahui seberapa besar potensi kargo dari dalam negeri yang bisa dikonsolidasikan.
"Kami harus hitung, berapa harga kalau direct call, dan berapa harganya kalau transhipment [di Singapura dan Malaysia]. Praktisnya kan semakin banyak barangnya kan efisien," jelas Budi Karya.