Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penggunaan Kedelai untuk Pakan Ternak Diprediksi Naik 10.000 Ton

Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memprediksi penggunaan kedelai sebagai pakan ternak akan meningkat 10.000 ton diakibatkan oleh distorsi pasar. Salah satu hal yang menyebabkan distorsi adalah pelarangan impor jagung.
Kedelai/Reuters
Kedelai/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memprediksi penggunaan kedelai di Indonesia sebagai pakan ternak akan meningkat 10.000 ton diakibatkan oleh distorsi pasar. Salah satu hal yang menyebabkan distorsi adalah pelarangan impor jagung.

USDA memperkirakan terjadi peningkatan penggunaan kedelai sebagai pakan ternak sebesar 10.000 ton pada tahun ini. Konsumsi kedelai pada 2016--2017 sebagai pakan mencapai 150.000 ton, sedangkan pada  2017—2018 diperkirakan meningkat menjadi 160.000 ton.

Tren penggunaan kedelai sebagai pakan ternak disebabkan oleh komposisi full fat soybeans (FFSB) dalam rasio pakan ternak terus meningkat. Pengusaha pakan ternak mengkomposisikan antara penggunaan gandum level rendah dengan FFSB untuk menyeimbangkan kandungan lemak secara keseluruhan.

Pengusaha pakan ternak, menurut USDA, terpaksa menggunakan lebih banyak gandum berkualitas tinggi setelah larangan impor jagung diterbitkan oleh regulator. Akibatnya harga jagung di Indonesia melambung tinggi diantara negara-negara lain.

Faktor tersebut pun menjadi hal yang fundamental bagi peningkatan konsumsi FFSB sebagai pakan ternak domestik.

Sementara itu, USDA pun memperkirakan produksi kedelai dalam negeri tidak akan berubah banyak dengan tahun lalu sekitar 540.000 ton. Kementrian Pertanian (Kementan), diprediksi akan mengalami tantangan yang signifikan terkait produksi kedelai pada tahun ini.

USDA menilai, meskipun Kementan memiliki program penambahan lahan seluas 1,5 juta hektare, namun memilih waktu yang kurang pas untuk mendistribusikan bibit kepada petani.

Kementan mendistribusikan bibit pada bulan Oktober-Desember pada saat musim hujan mulai bergulir. Sementara itu, benih kedelai pada umumnya ditanam pada musim kemarau diantara masa tanam jagung dan padi.

USDA menilai menanam jagung atau padi akan lebih menguntungkan bagi petani di momen tersebut dibandingkan dengan menanam kedelai. Oleh sebab itu tidak memungkinkan kampanye perluasan lahan bagi komoditas kedelai yang dilakukan oleh Kementan akan menghasilkan produksi yang signifikan.

Diakibatkan tidak adanya lahan garapan yang memadai untuk memperluas areal penanaman kedelai dibandingkan dengan lahan penanaman jagung atau beras.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan Sumardjo Gatot mengatakan kondisi saat ini di lapangan adalah panen kedelai melimpah di beberapa daerah. Pada beberapa kasus, kementan perlu melakukan manuver dengan menjadikan kedelai sebagai benih akibat penurunan harga.

"Justru [saat ini] panen di Demak, Bone, Bolmong, Pandeglang, Lampung dan lain-lain. [Beberapa] terpaksa kami jadikan benih karena harganya turun," katanya, Kamis (1/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper