Bisnis.com, JAKARTA – Proyek pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi Unit I berkapasitas 20 megawatt (MW) diperkirakan akan siap memproduksi setrum pada Maret 2018.
Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ida Nuryatin Finahari pada Jumat (23/2/2018) melakukan kunjungan kerja ke proyek PLTP Sorik Marapi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara untuk memastikan proyek percepatan pembangkit listrik berjalan sesuai rencana.
“Sorik Marapi Unit I ditargetkan mulai berproduksi pada bulan Maret 2018 dan Unit II [30 MW] ditargetkan berproduksi September 2018. PLTP Unit I dan II direncanakan akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo,” ujar Ida dikutip dari laman resmi Ditjen EBTKE, Minggu, (25/2/2018).
Pada saat beroperasi nanti, PLTP Sorik Merapi Unit 1 & 2 diperkirakan akan dapat melistriki sebanyak 100.000 rumah tangga.
Adapun Sorik Merapi merupakan salah satu proyek percepatan pembangkit listrik 10.000 MW tahap II, dibangun oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (PT SMGP).
Total investasi untuk proyek PLTP ini mencapai USD 260 juta yang digunakan untuk melakukan pengeboran 16 sumur eksplorasi maupun sumur produksi hingga konstruksi (engineering, procurement & construction/EPC) PLTP Sorik Marapi, serta pembangunan transmisi 20 kV dan 66 kV.
PLTP Sorik Marapi secara total akan dikembangkan hingga kapasitas total 240 MW sampai dengan tahun 2022.
Dari sisi manfaat bagi masyarakat sekitar, PLTP Sorik Marapi menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Selama masa konstruksi PLTP hingga 2017, kegiatan pengeboran dan konstruksi PLTP Sorik Marapi telah menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 3.382 orang. Pada saat beroperasi dengan kapasitas penuh (240 MW), PLTP Sorik Marapi diestimasi akan menyerap tenaga kerja sekitar 200 orang untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan PLTP.
Melalui pelaksanaan produksi uap dan pembangkitan listrik di PLTP Sorik Marapi, juga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal berupa bonus produksi, yang diperkirakan sebesar Rp 880 juta pada 2018.
Sementara itu, sebelumnya Ida mengatakan empat proyek pembangkit panas bumi ditargetkan siap beroperasi tahun ini.
Empat proyek tersebut, antara lain PLTP Sarulla Unit 3 berkapasitas 110 megawatt (MW), PLTP Karaha Unit 1 berkapasitas 30 MW, PLTP Sorik Marapi Modular sebesar 20 MW, dan PLTP Lumut Balai Unit 1 berkapasitas 55 MW.
“Penambahan kapasitas tahun ini ditargetkan sekitar 250 MW. Penambahan dari Sarulla Unit 3, Karaha, Sorik Marapi, dan Lumut Balai,” ujar Ida.
Dia menuturkan untuk proyek PLTP Sarulla Unit 3 rencananya dalam waktu dekat akan segera commercial operation date (COD) dan akan diresmikan oleh Presiden RI setelah lebaran tahun ini.
Sementara itu, proyek yang siap beroperasi paling dekat adalah PLTP Karaha Unit 1. Proyek ini rencananya akan segera COD pada 28 Februari 2018.
Ida mengatakan potensi panas bumi di Indonesia untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik masih sangat besar. Pemerintah pun menargetkan kapasitas terpasang dari PLTP dapat mencapai 7.200 MW pada 2025. Sedangkan untuk realisasi sampai dengan 2017, kapasitas terpasang baru mencapai 1.808,5 MW.