Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Teknologi Baru Produksi Garam Dikaji

Pemerintah sedang mengkaji teknologi baru produksi garam yang diyakini bakal mengurangi ketergantungan pada matahari. Inovasi itu juga dipercaya akan mengerek produktivitas.
Petani memanen garam di desa Tanjakan, Karangampel, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (21/9)./ANTARA-Dedhez Anggara
Petani memanen garam di desa Tanjakan, Karangampel, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (21/9)./ANTARA-Dedhez Anggara

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah sedang mengkaji teknologi baru produksi garam yang diyakini bakal mengurangi ketergantungan pada matahari. Inovasi itu juga dipercaya akan mengerek produktivitas.

Direktur Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan M. Abduh Nurhidajat mengatakan teknologi tersebut mengombinasikan pendekatan kimia dan fisika untuk mempercepat proses penguapan alias evaporasi.

Menurut dia, perlakuan kimia (chemical treatment) itu dapat mempercepat panen dari 70 hari menjadi 7 hari. Produktivitasnya pun diyakini lebih tinggi dari yang ada selama ini 80-100 ton per hektare per tahun.

Dari teknologi itu pula, produsen tidak hanya memperoleh natrium klorida (NaCl) yang terkandung dalam garam, tetapi juga bisa mendapatkan hasil sampingan, seperti magnesium dan kalium

KKP saat ini sedang mengkaji teknologi itu di Indramayu, Jawa Barat, di demonstration plot seluas 1 ha, dengan menggandeng pakar kimia dan koperasi petambak garam setempat.

"Kami sekarang menunggu proses keberhasilannya. Tunggu saja dua bulan lagi," katanya, Kamis (22/2/2018).

Selama ini, evaporasi sangat bergantung pada matahari. Akibatnya, produksi garam nasional fluktuatif. Saat musim kering melanda 2015 akibat El Nino, produksi garam mencapai titik tertinggi 2,7 juta ton. Produksi langsung jatuh ke angka 114.000 ton setahun kemudian saat musim kemarau basah melanda akibat La Nina.

Kendati belum diketahui berapa biaya produksi per hektare jika menggunakan teknologi itu, Abduh mengatakan KKP akan merancang agar inovasi itu mampu dijangkau oleh petambak garam rakyat.

Pemerintah sebelumnya telah memperkenalkan teknologi produksi garam untuk mengurangi ketergantungan pada sinar matahari, seperti rumah garam prisma. Sayangnya, teknologi itu sulit diaplikasikan petambak karena investasinya mahal.

"Yang jelas biaya produksi garam akan lebih rendah dari yang ada selama ini. Petambak juga akan mendapatkan keuntungan dari penjualan hasil sampingan," tuturnya.

Dalam catatan KKP, biaya pokok produksi garam rakyat Rp600 per kg-Rp700 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper