Bisnis.com, JAKARTA—PT Siemens Indonesia berencana menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk kawasan Asia Tenggara.
Zakiyudin, Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian, mengatakan dalam kunjungannya ke Kemenperin, CEO Siemens Indonesia Prakash Chandran menyampaikan bahwa saat produk perusahaannya lebih banyak diekspor ketimbang diserap oleh pasar domestik. Sekitar 60% hingga 70% produk Siemens dikirim ke luar negeri, terutama produk yang berkaitan dengan pembangkit tenaga listrik.
“Siemens juga punya pabrik di Malaysia, tetapi lebih banyak ekspor dari Indonesia. Menurut saya, mereka tertarik menjadikan Indonesia sebagai basis produksi karena prospek marketnya besar,” ujar Zaki di Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Saat ini, perusahaan asal Jerman tersebut memiliki fasilitas produksi di Pulomas dan Cilegon. Produk-produk yang dihasilkan Siemens di Indonesia antara lain turbin beserta komponennya dan kondensor.
Zaki juga menyebutkan Siemens telah melakukan kerja sama dengan negara di kawasan Timur Tengah untuk membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 14.000 megawatt. Produk untuk membangun pembangkit listrik tersebut diproduksi di Indonesia dan dirakit di lokasi pembangunan.
Lebih jauh, Zaki menyatakan pemerintah berharap Siemens dapat menggandeng perusahaan-perusahaan lokal supaya bisa lebih berkembang, terutama memberi dukungan di sisi teknologi. “Siemens kan sudah dikenal secara global, harapan kami mereka bisa menggandeng perusahaan nasional, seperti Barata,” katanya.
Selain itu, Siemens juga berminat untuk masuk ke bisnis pembangkit listrik tenaga sampah. Menurut Zaki, perwakilan perusahaan ini telah melakukan komunikasi dengan Kemenko Perekonomian dan pemerintah daerah terkait proyek pembangkit listrik tenaga sampah.
Hal ini didasari bahwa masalah sampah menjadi persoalan yang dihadapi kota-kota besar dan Siemens memiliki teknologi untuk mengubah sampah menjadi energi listrik.
Siemens juga memperkenalkan teknologi robotik dan automasi yang dapat diterapkan di industri makanan dan minuman serta industri petrokimia. Kedua sektor ini merupakan prioritas dari Kemenperin.
“Mereka ingin menanamkan investasi baru di Indonesia, kalau proyek pembangkit listrik tenaga sampah mereka dapatkan, ini kan butuh penambahan kapasitas,” ujar Zaki.