Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Greenpeace Pastikan PLTU Celukan Bawang II Berdampak Negatif

Greenpeace Indonesia memastikan pembangunan tahap dua PLTU Celukan Bawang akan berdampak negatif pada masyarakat lantaran masih menggunakan teknologi sub critical boiler yang efisiensinya hanya 38%.
Ilustrasi pltu
Ilustrasi pltu

Bisnis.com, DENPASAR -- Greenpeace Indonesia memastikan pembangunan tahap dua PLTU Celukan Bawang akan berdampak negatif pada masyarakat lantaran masih menggunakan teknologi sub critical boiler yang efisiensinya hanya 38%.

Climate and Energy Campaigner Greenpeace Indonesia Didit Haryo Wicaksono memastikan pembangunan setiap jenis PLTU di Tanah Air akan selalu berdampak negatif. Contohnya saja PLTU di Jepara yang walaupun sudah menggunakan teknologi ultra supercritical boiler dengan efisiensi 50% tetap berdampak buruk pada masyarakat.

Super Critical Boiler merupakan teknologi yang mampu membuat turbin lebih efisien membuang panas. Hanya saja, ini belum tentu nampu menekan polusi. Jika polusi ingin ditekan, maka perlu pengembangan teknologi baru yang biayanya mencapai 40% dari total anggaran pembangunan PLTU. Lantaran biaya besar, hingga saat ini tidak ada PLTU yang menerapkan teknologi ini.

Di Jepara sendiri terdapat 2 PLTU dengan masing-masing memiliki kapasitas 4x660 MW dan 2x1.000 MW. Walaupun keduanya menggunakan teknologi ultra super critical steam, PLTU yang beroperasi sejak 2006 masih menghasilkan dampak negatif berupa kebocoran limbah yang merusak air bawah tanah, menghasilkan bau menyengat, dan debu yang meningkat ke pemukiman warga saat musim kemarau.

"Ternyata dampaknya sama saja, bahkan nelayan Jepara banyak diam di rumah saja," katanya, Selasa (30/1/2018).

Menurutnya, energi listrik di Indonesia masih surplus sehingga tidak perlu membangun PLTU baru lagi. Adapun data yang dia terima, Indonesia saat ini sudah memiliki cadangan listrik sebanyak 40%. Jumlah ini jauh lebih banyak dari cadangan minimal yang harus dimiliki PLN yakni hanya 30%.

Apalagi, jika akan membangun PLTU baru, maka yang memiliki hanya pihak swasta. Saat ini saja dari sekian banyak PLTU yang ada di Indonesia , hanya 29% dimiliki negara dan 71% milik swasta.

Indonesia, menurutnya, jika ingin memenuhi kebutuhan listrik, seharusnya mulai memanfaatkan energi terbarukan. Seperti misalnya Cina yang mulai membatasi impor batu bara dan berdalih menggunakan energi terbarukan.

"Karena mereka beralih ke energi terbarukan, harga batu bata mengalami penurunan, sehingga Indonesia yang dipaksakan memakai batu bara," sebutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper