Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Penghubung di Sektor Makanan & Minuman Kurang, Ini Sebabnya

Keberadaan industri penghubung atau intermediasi pada sektor makanan dan minuman dinilai masih kurang mencukupi jika menilik potensi di skala nasional.
Pedagang menata aneka ragam kue kering yang dijual di pasar Sukaramai Pekanbaru, Riau, Minggu (11/6)./Antara-Rony Muharrman
Pedagang menata aneka ragam kue kering yang dijual di pasar Sukaramai Pekanbaru, Riau, Minggu (11/6)./Antara-Rony Muharrman

Bisnis.com, JAKARTA—Keberadaan industri penghubung atau intermediasi pada sektor makanan dan minuman dinilai masih kurang mencukupi jika menilik potensi di skala nasional. 

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman menyebut faktor utama dari sulit menjamurnya pelaku industri yang bermain pada segmen tersebut adalah kebutuhan dana yang cukup besar. 

"Contoh industri intermediasi adalah industri gula. Untuk investasi pembangunan pabrik bisa menghabiskan biaya sampai Rp3 triliun," ujarnya di Jakarta, Selasa (30/1/2018). 

Selain itu, tingkat pengembalian investasi yang cukup lama ditengarai menjadi penyebab tersendiri mengapa industri tersebut sulit untuk berkembang. 

"Makanya banyak orang yang cenderung memilih sektor hilir karena lebih cepat untuk kembali modalnya, 1 tahun saja bisa balik," tuturnya. 

Dalam catatan Adhi, saat ini pemain industri intermediasi hanya berjumlah sekitar tujuh usaha, dengan wilayah persebaran di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 

Adapun, jenis industri lain yang masuk dalam kategori industri intermediasi adalah industri ekstraksi. Sebagai contoh, tutur Adhi, kebutuhan bahan ekstraksi di dalam negeri masih sangat tinggi, seperti ekstrak kopi, teh, kunyit dan rempah-rempah lain. Padahal, potensi bahan baku di dalam negeri sangat tinggi.

"Sekitar 70% dari kebutuhan itu masih impor," terangnya. 

Industri intermediasi merupakan kegiatan mengolah bahan baku yang nantinya hasil dari produksi tersebut akan dijadikan bahan baku untuk industri lain. 

Pelaku usaha sektor makanan dan minuman di Tanah Air yakin pertumbuhan industri akan mencapai level lebih dari 10% pada tahun ini.

Proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pertumbuhan pada kuartal III/2017 yang sebesar 9,5%. 

“Kami optimistis, kunci dari pertumbuhan 2018 adalah koordinasi dalam mengelola kebijakan dan regulasi yang kondusif, terlebih tahun ini merupakan tahun politik. Jika itu terjadi, kami bisa tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya" ujar Adhi di Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Faktor yang mendukung pertumbuhan industri makanan dan minuman di antaranya adalah penerbitan beberapa kebijakan deregulasi yang memudahkan pasokan bahan baku baku. 

 

 

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andry Winanto
Editor : Ratna Ariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper