Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Operator Pelayaran Khawatirkan Kongesti di Pelabuhan Makassar

Waktu tunggu kapal yang hendak sandar di Terminal Peti Kemas Makassar membengkak hingga 3 hari secara rerata yang kemudian berpotensi membentuk kongesti jangka panjang.
Terminal peti kemas Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan./Bisnis.com-Paulus Tandi Bone
Terminal peti kemas Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan./Bisnis.com-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, MAKASSAR - Waktu tunggu kapal yang hendak sandar di Terminal Peti Kemas Makassar membengkak hingga 3 hari secara rerata yang kemudian berpotensi membentuk kongesti jangka panjang pada pelabuhan utama di wilayah timur tersebut.

Ketua Indonesian National Shipowner's Association (INSA) Makassar Zulkifli Syahril mengemukakan kondisi tersebut dipicu oleh kapasitas pelabuhan yang mulai berada pada titik jenuh sehingga cenderung kurang optimal dalam pelayanan kapal.

Dia menyebutkan secara bulanan volume kunjungan kapal (call) di Terminal Peti Kemas Makassar (TPM) Pelabuhan Makassar sebanyak 145 call atau telah melampaui kapasitas pelabuhan secara kumulatif sebanyak 112 call per bulan.

"Hasilnya terjadi penumpukan, karena ada kelebihan hingga 33 call. Biaya operasional pastinya membengkak, kapal jadi menumpuk hingga 3 hari," ujarnya pada Senin (29/1/2018).

Dengan kondisi tersebut, lanjut Zulkifli, kongesti di Pelabuhan Makassar diperkirakan bakal terus berlanjut dan bakal memicu pembengkakan biaya logistik untuk skala yang lebih luas jika operator pelabuhan tidak memberikan solusi tepat.

Menurut dia, kongesti itu mengakibatkan pula aktvitas bongkar muat peti kemas dari kapal yang sandar ikut terlambat dan selanjutnya akan memengaruhi sistem logistik di wilayah timur serta nasional.

Meskipun demikian, efek berantai dari kongesti yang tercipta di Pelabuhan Makassar pada awal tahun ini diyakini bisa diminimalisir melalui beberapa langkah taktis yang berorientasi pada menekan pembengkakan biaya logistik.

"Salah satunya operator pelabuhan [Pelindo IV] mesti memberikan insentif bagi pelayaran. Bisa berupa pemberian potongan biaya untuk penumpukan mengacu pada durasi waiting time kapal. Kami sudah usulkan ini ke operator, tetapi belum ada tanggapan," papar Zulkifli.

Di sisi lain, lanjutnya, proyek Makassar New Port (MNP) diharapkan bisa dikebut penyelesaiannya sehingga kapal yang hendak bersandar dan melakukan bongkar muat bisa dialihkan sebagian dari Pelabuhan Makassar eksisting.

Sementara itu, manajemen TPM Pelindo IV menepis terjadinya kongesti walaupun mengakui terjadinya peningkatan arus kunjungan kapal.

GM TPM Pelindo IV Josef Benny Rohy mengatakan antrean kapal yang terjadi dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh sejumlah faktor teknis maupun nonteknis dengan mengacu pada beberapa pertimbangan.

Dia menyebutkan arus kunjungan kapal yang masuk ke Pelabuhan Makassar khususnya di TPM mencapai enam hingga delapan call, sedangkan kapasitas tambatan yang terpasang hanya lima kapal dengan panjang kurang dari 160 meter.

Kemudian, kedatangan kapal yang kerap bersamaan disertai kecenderungan dokumen yang belum lengkap sesuai dengan yang dipersyaratkan membuat kapal belum bisa dilayani untuk tambat maupun melakukan bongkar muat di TPM.

"Kami sebenarnya sudah menerapkan windows system, tetapi sebagian besar perusahaan pelayaran ternyata tidak bisa ikut. Padahal jika ini optimal, tidak perlu lagi ada penumpukan karena persoalan kelengkapan dokumen. Aktivitas tambat dan bongkar muat lebih terjadwal serta terencana," katanya.

Selain itu, lanjut Josef, pelayanan sering tertunda karena terjadinya faktor nonteknis seperti cuaca ekstrim, di mana langkah tersebut ditempuh guna menekan terjadinya risiko.

Dari sisi pelayanan bongkar muat, manajemen mengakui terjadi perawatan berkala atas satu unit container crane (CC) namun dipastikan tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja bongkat muat secara keseluruhan.

Adapun untuk layanan bongkar muat,  pelayanan di TPM yang sejak lama sudah menerapkan sistem 1 x 24 jam selama 7 hari, sehingga kondisi pemeliharaan alat itu sama sekali bukan hambatan untuk aktivitas bongkar muat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper