Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Synthesis Bidik Kota Sekunder

Sejumlah pengembang masih membidik penguasaan lahan serta pengembangan proyek di kota sekunder (second tier) yang dinilai lebih dinamis ketimbang di wilayah Jabodetabek.
Penyelesaian sebuah perumahan mewah. / Bisnis Paulus Tandi Bone
Penyelesaian sebuah perumahan mewah. / Bisnis Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah pengembang masih membidik penguasaan lahan serta pengembangan proyek di kota sekunder (second tier) yang dinilai lebih dinamis ketimbang di wilayah Jabodetabek.

Managing Director Synthesis Development Julius Warouw mengatakan lahan-lahan yang dibidik seluas 25 ha—50 ha yang akan disesuaikan peruntukkannya dalam pengembangan 10 tahun mendatang untuk pergudangan, perumahan, ataupun untuk hunian vertikal dalam bentuk kawasan terpadu. Wilayah kota sekunder yang dibidik seperti kawasan suburban di Surabaya, Kalimantan, Makassar ataupun Palembang.

“Justru keadaan di Jakarta saat ini membuka kesempatan bagi properti daerah untuk mulai bersinar. Saat pasar Jakarta mulai jenuh pelaku usaha justru mulai mengembangkan di daerah asalnya atau pelaku nasional menembus daerah. Yang bisa kita bisa lihat saat ini tren-nya di Surabaya,”katanya akhir pekan lalu.

Dalam menyasar kota sekunder, Synthesis bisa mengakuisisi lahan secara mandiri ditambah kerja sama dengan pemilik lahan lokal. Kerja sama diyakini menjadi cara potensial untuk mendukung kedekatan dengan potensi lokal atau kemudahan dalam hal perizinan. Dalam pembagian kerja sama, Synthesisis biasanya membidik pengalokasian yang lebih besar 60%:40% ataupun 70%:30%.

Proyek luar daerah mungkin bukan hal yang terlambat dilakukan oleh Synthesis. Sebelumnya perusahaan juga telah mengembangkan mal dan hotel di Bandung ataupun hotel Nusa Dua di Bali.

Sedangkan untuk tahun ini Synthesis telah mempersiapkan dua proyek baru yang diluncurkan pasca lebaran. Satu proyek terletak di tengah kota Pontianak seluas 4-ha—6ha menyasar segmen menengah dan atas. Proyek kedua yakni kawasan terpadu di Ciputat seluas 4,7 ha. Proyek itu merangkum rumah tapak dan apartemen berlantai rendah.

Dia melanjutkan perusahaan masih perlu melakukan penyesuaian konsep agar sesuai dengan penyerapan pasar dan bukannya memaksakan konsep yang dimiliki pengembang. Julius mencontohkan jika kemampuan pasar menyerap proyek di kisaran Rp300 juta, maka sebuah konsep produk bisa dibuat dalam bentuk mirip konsep rusunami di pusat kota.

“Kami tak khawatir, politik sudah biasa pilkada sudah berlangsung tahun-tahun sebelumnya. Tidak masalah meluncurkan di semester I atau di semester II,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper