Bisnis.com, JAKARTA - Harga beras di daerah pertaniannya, di Provinsi Lampung dan Sukabumi (Jawa Barat) terus mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir.
Ketua Serikat Petani Indonesia Lampung Muhlashin yang merupakan petani asal Pringsewu Lampung mengatakan harga beras asalan mencapai Rp 10.500 per kg dan Rp12.000 untuk jenis beras medium di tingkat pabrik.
Menurutnya, kondisi ini dipicu oleh banyaknya pedagang beras dan spekulan dari Jawa yang membeli beras dalam skala besar di pabrik-pabrik di Lampung, terutama Lampung Tengah, Pringsewu, dan Tanggamus.
“Satu bulan lagi petani di beberapa daerah akan panen. Sementara panen raya, diperkirakan 2-3 bulan lagi karena rata-rata umur padi bervariasi antara 20 hari sampai 40 hari di seputar Pringsewu dan Lampung Tengah," ujarnya pada Sabtu (13/1/2018).
Muhlasin menerangkan sebagian besar petani padi hanya memiliki lahan yg sempit, rata-rata di Lampung hanya memiliki lahan 3.000 m2, bahkan kurang.
“Jadi pada saat panen memang terpaksa harus langsung dijual untuk menutupi kebutuhan hidup, membayar pupuk, dan sebagainya, jadi hanya sedikit yang bisa disimpan untuk makan,” tutur Muhlasin.
Sementara itu, dari Sukabumi, Ketua SPI Jawa Barat Tantan Sutandi mengemukakan saat ini harga beras di konsumen berkisar Rp9.600 - Rp. 12.000, harga ini di atas HET (harga eceran tertinggi) beras untuk Jawa.
Dia menjelaskan di sebagian besar Jabar, sudah panen padi sejak Oktober-November kemarin, sehingga Januari ini belum ada panen padi di sebagian besar daerah di Jabar.
“Harga panen kemarin sangat rendah, GKG [gabah kering giling] sekitar Rp4.500 [di bawah harga pokok produksi/HPP). Jadi, kenaikan harga beras saat ini tidak dirasakan petani Jabar. Penurunan harga disebabkan kualitas gabah yang buruk, karena banyak sawah yang terkena hama wereng. Banyak petani juga gagal panen dan puso,” tuturnya.
Tantan juga mengutarakan pada Desember 2017 kemarin di Jabar sudah memasuki masa tanam, sehingga panen berikutnya diperkirakan sekitar Maret-April 2018.