Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA BERAS TINGGI: Impor Belum Tentu Jadi Jawaban Tepat

Opsi impor beras yang dikemukakan oleh pemerintah disebut belum bisa menjadi jawaban yang tepat atas tingginya harga beras medium saat ini.
Pedagang menyusun karung berisi beras di pasar tradisional, Gondangdia, Jakarta, Rabu (10/1)./JIBI-Endang Muchtar
Pedagang menyusun karung berisi beras di pasar tradisional, Gondangdia, Jakarta, Rabu (10/1)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Opsi impor beras yang dikemukakan oleh pemerintah disebut belum bisa menjadi jawaban yang tepat atas tingginya harga beras medium saat ini.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa menyebutkan keputusan terkait impor beras seharusnya sudah dilakukan sejak Juli lalu agar kenaikan harga beras bisa diredam.

“Itu Juli [2017] harus sudah diputuskan karena impor itu antar port ke port saja itu sudah 3 minggu sampai 1 bulan , belum dihitung negoisasi, belom dihitung yang lain lain,” katanya kepada Bisnis, Rabu (10/1/2018).

Menurut Dwi selain waktu impor yang panjang, stok beras di pasar internasional saat ini pun tidak mudah untuk didapatkan. Pasalnya, beras dari negara tetangga yang berpotensi untuk dijadikan cadangan telah diserap terlebih dahulu oleh pemerintah China untuk menjaga pasokan pangan negeri tirai bambu tersebut.

Oleh karena itu, opsi untuk mengimpor beras saat ini hampir tidak bisa dilakukan.

“Vietnam itu berasnya sudah diborong oleh China untuk cadangan pangan China. Harus diingat juga, jadi nggak mudah cari beras di pasar internasional. Thailand diborong juga oleh China karena China itu stoknya kalau tidak keliru 8 juta ton cadangan beras pemerintahnya itu,” jelas Dwi.

Kalaupun seandainya pemerintah berhasil mencari beras untuk diimpor, hal tersebut,katanya, sudah terlalu terlambat bahkan akan berdampak buruk pada harga gabah saat panen raya nanti. Pasalnya, impor beras seperti disebutkan di atas, membutuhkan waktu setidaknya dua bulan untuk bisa direalisasikan, mulai dari proses pencarian, negosiasi dengan negara penyuplai, pengiriman dari negara pengekspor hingga sampai ke pelabuhan di Indonesia, juga proses distribusi hingga beras impor sampai ke tangan penjual di pasar atau konsumen sendiri.

“Muncul opsi impor, tapi opsi impor sekarang in kan sudah sangat terlambat. Impor dilakukan sekarang menghancurkan harga gabah petani waktu panen raya,” tegasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintahkan Perum Bulog untuk menjajaki opsi impor beras dari sejumlah negara sebagai antisipasi bila harga dan stok semakin tak stabil.

Kendati demikian, dia mengatakan pemerintah akan tetap fokus untuk mendahulukan produksi panen dalam negeri. Saat ini, pemerintah akan mengecek kondisi potensi panen padi di lapangan dalam 2 pekan ke depan sambil melakukan operasi pasar.

“Opsi impor tadi saya sudah minta Bulog untuk menjajakinya. Apabila masih ada kenaikan harga dan melihat stok,” katanya (9/1/2018).

Wapres menilai bila harga beras medium sudah melebihi Rp12.000/kg, maka sudah masuk dalam ketentuan untuk mengimpor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper